Kemarin pagi iyuk (PRT di rumah ayahku di malang) datang dengan mata bengkak...ketika memasakpun, aku liat dia terus menangis....Lalu aku tanya
"Ono opo, Yuk?" (Ada Apa Yuk?)
dan dia menjawab bahwa anak pertamanya tidak lulus UAN tingkat SMP.. Lalu dia melanjutkan dengan makin banyaknya berita di TV bahwa banyak anak yang coba bunuh diri karena ga lulus, dia takut anaknya juga akan melakukan hal yang sama....
Semenjak menerima pengumuman tersebut, katanya anaknya terus menerus menangis, tidak bisa tidur, tidak mau makan....
Dia juga merasa malu kepada ayahku yang selama ini membiayai uang sekolah anak-anaknya...ternyata anaknya tidak lulus...
Aku coba memahami perasaan si anak....Bayangkan seandainya anda lahir di sebuah keluarga yang tidak mampu, dengan ayah seorang penarik becak dan ibu Pembantu Rumah Tangga Part Time (dateng jam 6 pulang jam 9), anak pertama lagi..yang dijadikan tumpuan harapan...
satu-satunya cara keluar dari lingkaran kemiskinan dengan belajar dan sekolah..tapi ternyata harapannnya hilang...
Kata Bokapku, selama ini terima raportnya itu anak, sebetulnya dia juga bukan anak yang "bodoh" atau bermasalah...Ya,biasalah anak cewek bahkan tergolong rajin (hehehe...girls rule..:p)
Nah disini aku bener-bener ga setujunya dengan UAN...apakah hasil belajar 3 tahun tersebut bisa hilang begitu saja hanya karena ujian yang dilakukan selama 4 hari?
Apakah UAN ,masih relevan untuk dijadikan satu-satunya acuan kelulusan?
DON'T GET ME WRONG...
Aku sepakat bahwa perlu ada standar khusus(ujian) yang bertaraf nasional untuk menjaga mutu pendidikan negri ini...(Ngapain belajar kalo ga ada assessmentnya, right?)
Jadi tentang pelaksanaan UAN, aku setuju-setuju aja, malah aku merasa perlu hal itu... Sebagai seorang pendidik, aku juga ingin anak-anak (muridku) memiliki suatu assessment tentang apa yang sudah mereka pelajari, biar mereka merasa tertantang dan juga bisa sebagai refleksi diri...
Tetapi ketika hanya UAN yang dijadikan satu-satunya syarat kelulusan...
menurutku hal itu akan membuat anak-anak bangsa ini selalu berorientasi pada hasil dan bukan prosesnya...
mereka akan menghalkan segala cara untuk berhasil...
Aku sudah pernah tulis disini,
Bagi yang berduit, mungkin bisa beli jawaban (entah bener ato nggak..) Bagi yang tidak berduit, berusaha "kreatif" untuk berlaku curang" ..Hal ini bisa dilihat dari "fenomena" sekitar sebulan yang lalu dimana pemerintah akan mengadakan UAN Ulang karena sekolah tersebut ketahuan berlaku curang... (Personally, aku ga setuju dengan UAN Ulang..Seharusnya mereka khan tidak lulus, ya harus pake Kejar Paket donk...biar adil juga dengan anak2 lain yang memang tidak lulus..Let them have their concequences...Itu menurutku..)
Katanya Indonesia mau berubah..kalo terus dididik gitu ya kapan berubahnya donk...*sigh*
Anyway...mungkin akan lebih baik jika UAN tersebut menjadi salah satu penilaian kelulusan tetapi bukan keputusan mutlak...apa yang dipelajari oleh seorang anak selama mereka sekolah juga harusnya ikut diperhitungkan donk....
Kalo emang hasil UAN-nya jeblok, dan emang kesehariannya ketika sekolah juga ga niat atau tidak bisa...Ya udah berarti emang tuh anak ga niat sekolah dan pantas ga lulus...
Tetapi ketika UAN-nya jeblok, padahal sehari-hari dia adalah anak yang rajin dan pintar, apakah dia pantas tidak lulus? Lalu kerja kerasnya selama 3 tahun buat apa…
Begitu pula sebaliknya, kalo sehari-hari dia sekolahnya tidak niat atau tidak bisa ngikutin, tiba-tiba nilai UAN nya bagus banget (entah karena luck ato God’s miracle ato…..) apakah dia pantas lulus? For me that would be a big question mark…How come he/she did that…
Semoga ini bisa jadi salah satu PR untuk presiden mendatang (whoever it will be…) Bagaimana untuk bisa menciptakan system pembelajaran yang lebih baik untuk generasi selanjutnya…
Kalo ada temen-temen punya ide/pendapat yang lain…tolong sharing….Makasi…
"Ono opo, Yuk?" (Ada Apa Yuk?)
dan dia menjawab bahwa anak pertamanya tidak lulus UAN tingkat SMP.. Lalu dia melanjutkan dengan makin banyaknya berita di TV bahwa banyak anak yang coba bunuh diri karena ga lulus, dia takut anaknya juga akan melakukan hal yang sama....
Semenjak menerima pengumuman tersebut, katanya anaknya terus menerus menangis, tidak bisa tidur, tidak mau makan....
Dia juga merasa malu kepada ayahku yang selama ini membiayai uang sekolah anak-anaknya...ternyata anaknya tidak lulus...
Aku coba memahami perasaan si anak....Bayangkan seandainya anda lahir di sebuah keluarga yang tidak mampu, dengan ayah seorang penarik becak dan ibu Pembantu Rumah Tangga Part Time (dateng jam 6 pulang jam 9), anak pertama lagi..yang dijadikan tumpuan harapan...
satu-satunya cara keluar dari lingkaran kemiskinan dengan belajar dan sekolah..tapi ternyata harapannnya hilang...
Kata Bokapku, selama ini terima raportnya itu anak, sebetulnya dia juga bukan anak yang "bodoh" atau bermasalah...Ya,biasalah anak cewek bahkan tergolong rajin (hehehe...girls rule..:p)
Nah disini aku bener-bener ga setujunya dengan UAN...apakah hasil belajar 3 tahun tersebut bisa hilang begitu saja hanya karena ujian yang dilakukan selama 4 hari?
Apakah UAN ,masih relevan untuk dijadikan satu-satunya acuan kelulusan?
DON'T GET ME WRONG...
Aku sepakat bahwa perlu ada standar khusus(ujian) yang bertaraf nasional untuk menjaga mutu pendidikan negri ini...(Ngapain belajar kalo ga ada assessmentnya, right?)
Jadi tentang pelaksanaan UAN, aku setuju-setuju aja, malah aku merasa perlu hal itu... Sebagai seorang pendidik, aku juga ingin anak-anak (muridku) memiliki suatu assessment tentang apa yang sudah mereka pelajari, biar mereka merasa tertantang dan juga bisa sebagai refleksi diri...
Tetapi ketika hanya UAN yang dijadikan satu-satunya syarat kelulusan...
menurutku hal itu akan membuat anak-anak bangsa ini selalu berorientasi pada hasil dan bukan prosesnya...
mereka akan menghalkan segala cara untuk berhasil...
Aku sudah pernah tulis disini,
Bagi yang berduit, mungkin bisa beli jawaban (entah bener ato nggak..) Bagi yang tidak berduit, berusaha "kreatif" untuk berlaku curang" ..Hal ini bisa dilihat dari "fenomena" sekitar sebulan yang lalu dimana pemerintah akan mengadakan UAN Ulang karena sekolah tersebut ketahuan berlaku curang... (Personally, aku ga setuju dengan UAN Ulang..Seharusnya mereka khan tidak lulus, ya harus pake Kejar Paket donk...biar adil juga dengan anak2 lain yang memang tidak lulus..Let them have their concequences...Itu menurutku..)
Katanya Indonesia mau berubah..kalo terus dididik gitu ya kapan berubahnya donk...*sigh*
Anyway...mungkin akan lebih baik jika UAN tersebut menjadi salah satu penilaian kelulusan tetapi bukan keputusan mutlak...apa yang dipelajari oleh seorang anak selama mereka sekolah juga harusnya ikut diperhitungkan donk....
Kalo emang hasil UAN-nya jeblok, dan emang kesehariannya ketika sekolah juga ga niat atau tidak bisa...Ya udah berarti emang tuh anak ga niat sekolah dan pantas ga lulus...
Tetapi ketika UAN-nya jeblok, padahal sehari-hari dia adalah anak yang rajin dan pintar, apakah dia pantas tidak lulus? Lalu kerja kerasnya selama 3 tahun buat apa…
Begitu pula sebaliknya, kalo sehari-hari dia sekolahnya tidak niat atau tidak bisa ngikutin, tiba-tiba nilai UAN nya bagus banget (entah karena luck ato God’s miracle ato…..) apakah dia pantas lulus? For me that would be a big question mark…How come he/she did that…
Semoga ini bisa jadi salah satu PR untuk presiden mendatang (whoever it will be…) Bagaimana untuk bisa menciptakan system pembelajaran yang lebih baik untuk generasi selanjutnya…
Kalo ada temen-temen punya ide/pendapat yang lain…tolong sharing….Makasi…
UPDATED NEWS
Babysitternya Alex baru dateng dari kampung en dia cerita kalo salah seorang keponakannnya, mati bunuh diri dengan minum potas, karena TIDAK LULUS UAN SMP...Sekarang neneknya menjadi orang linglung dan stress, karena cucunya tersebut adalah cucu pertama yang dia rawat sendiri dari kecil...
Semoga tidak ada lagi kabar menyedihkan seperti ini :(
15 comments:
UAN menjadi ladang "pembantaian"
suruh berjejer ajja sekalian dengan mata tertutup, baris lalu di tembak mati :(
iya...aku juga gak setuju bgt dgn cara penilaian UAN, benar-benar gak manusiawi. jadi jaman skr pintar itu belum jaminan utk lulus ya....
yups perlu di perbaiki lagi tuh aturannya...
Gimana lagi Miss, abis blogger saya entah-kena-apa nggak bisa kasih enter setiap post. Nah buat saya yang paling doyan pake enter enter, tentu saja mengganggu..
Karena itu saya hijrah ke LiveJournal dan Multiply..yang bisa pake spacing dan fitur yang menurut saya lengkap juga..
Untuk ICYS itu..saya ga ada ide..
dari dulu saya gak setuju sama UN, wah kasian banget sama yang gak lulus, kan gak banyak anak yang bisa tegar ya mba,,,
dari sekolah sdh diajarkan ujian traumatik hadapi UAN, bisa2 bunuh diri...hiiiks
For all : Makasi komennya ya...Gimana ya biar ada solusi yang terbaik?
Rila,
saya setuju bahwa UAN jgn dijadikan syarat kelulusan.
saya rasa lebih baik begini.
semua perguruan tinggi (katakanlah yg negeri), dibuat semacam peringkat. misal ITB, menerima nilai UAN rata2 8. lalu USU rata2 7.
siswa yg mengikuti UAN, tetap akan dihitung lulus, tapi punya nilai. misal dia dapet 8. maka dia berhak utk ikut test di ITB. kalo nilainya dia hanya 6, maka carilah PT yang mensyarakatkan nilai rata2 6.
si anak tadi tidak akan merasa stress, dan bahkan dia akan belajar lebih giat, krn dia punya target..kalau saya mau masuk ke ITB maka saya harus mencapai nilai sekian.
tdk spt skrg ini, gara UAN anak2 stress dan bahkan ada yg bunuh diri.
UAN skrg ini juga membuat guru dan kepala sekolah berlomba2 membantu murid2nya (baca: memberikan jawaban) agar anak2 muridnya lulus 100%, agar nama sekolahnya tdk menjadi jelek (istri supir saya seorang guru, dan dia cerita bagaimana istrinya beserta guru2 yg lain berikut dgn kepala sekolah, dgn segala cara memberikan jawaban kepada murid pada saat UAN).
pemerintah harus merivisi UAN.
Memang miris dengar berita2 macam itu. Pertanyaannya adalah: kayak apa sih soal2 di UAN itu? Apa memang tidak sama dgn kurikulum? Ato sekolah2 yg muridnya ga lulus itu yg tidak mengikuti kurikulum dgn baik?
Terlepas dr UAN sebagai tolok ukur utama atau digabung dgn rapor 3 thn, mengapa begitu banyak anak tdk lulus UAN? Ini juga memprihatinkan. Apa anaknya yg ga belajar? Gurunya yg ga becus? Ato UANnya terlalu sulit?
@Bang Budi : Wha..ide anda boleh juga, Bang...akan aku share khan ke rekan-rekan guru, as soon as I entered the school again..
Makasi ya Bang
@Fanda : Memang untuk UAN ada beberpa faktor yang terlibat...anak itu sendiri, sekolah(guru) sebagai fasilitator, ortu sebagai pendukung, fasilitas pendidikan, kurikulum, pemerintah, dan tim pembuat UAN itu sendiri...
Semoga tahun depan bisa lebih baik..Amien...
pemerintah sekarang memang berniat baik dengan menaikan nilai standar kelulusan, tapi pemerintah tidak melihat sisi negatif dari penetapan hal tersebut.
banyak yg stres dan frusrasi, bahkan sampai ada yg nekat bunuh diri karna tidak lulus, saya harap pemerintah dapat mengkaji ulang penetapan standar nilai kelulusan.
nice post...
salam kena :D
Wah Ms.. tapi hampir setiap negara jg kayak gitu. Di Singapore, ujian O Level itu dipake untuk masuk SMA. Ujian A Level dipake untuk masuk univ (walaupun ga ada aturan harus lulus dengan nilai sekian). Tapi kalo mereka gak punya ijazah itu, atau nilainya gak cukup, ga mgkn bisa masuk univ atau SMA.
Di UK juga hampir sama.. ada ujian GCSE (lulus SMP ke SMA) sm A Level (lulus SMA ke univ). Di negara bagian California semua murid SMA harus lulus California High School Exit Exam (CAHSEE)kalau mau meninggalkan SMA wkwkwk.
Intinya, kadang" memang gak adil. Bljr 3 tahun, lulus dalam waktu 2 jam. Tapi mau gimana lagi.. Di luar negeri.. negara maju pun, juga gitu. Btw, ini V-i-c-k-y hehehe.
hehehhehe.. gpp ko' yg penting uda sampe :)
@ Stop dreaming : Iya..berarti butuh perbaikan...
@Vicky : Vick miss Rila tahu..Miss Rila juga tidak mengharamkan UAN..hanya saja mungkin harus ada cara yang lebih baek, agar tidak banyak anak yang stress...
@Genial : Okay deh bro...
Post a Comment