Wednesday, June 26, 2013

"Mama Berani Ga Buat Rugi?? "

Itu salah satu tantangan dari suamiku yang dilontarkan di salah satu diskusi kami (sesi curhat benernya karena omzet tokoku menurun tajam mulai awal taon ini x_x)

Dan responku saat itu "Lha..kalo bisa ga rugi ngapain berharap dan berusaha buat rugi.." itu yang terucap..yang ga terucap, jd dalam hati aja "Lha gendheng tha..papa iki piye sih..." hehehe piss pap :D *Although you're seems to be crazy sometimes, but I love you deeply..and loves those crazy ideas of yours xoxo)

Trus stlh itu kita masih diskusi (a.k.a debat halus...) yang intinya (stlh kurenungkan pas udah tenang...) Kalo kita ga berani ambil resiko maka akan stagnan, ga akan ada gebrakan yang bikin maju suatu usaha. Kalo kita ga berani mengalami the worst scenarionya, maka kita akan selalu dibayangi oleh ketakutan yang mungkin akan menghadang.

Hmmm..jadi intropeksi diri...selama ini aku memang bukan tipe Risk Taker, partner bisnisku di usaha konsultan kami sering menyebutku sebagai REM-nya. Jadi kl beliaunya sangat visioner bagaikan PEDAL GAS, aku lebih seperti REM (gara-gara mw play safe itu td :p). Walaupun ucapan itu diucapkan dengan maksud memuji, tapi jd tersindir skg mas..hehehe... Bertahun-tahun yg lalu mungkin aku malah sangat parah, pertimbangan utk hire karyawan pertama kami butuh diskusi (a.k.a debat) panjang...hihihi..ingat ga mas? Puji Tuhan, sekarang duet Partnerku dan Suamiku jadi seperti GAS dan KOPLING..yang saling memacu dan mengarahkan untuk kinerja yang lebih baik...Rem nya mulai blong nih :p

Anyway, suamiku sepertinya tahu my worst nightmare dlm berbisnis adalah R-U-G-I.. Kuakui aku sangat buruk dlm menghandling satu kata itu. Tahun lalu, kami sempat rugi puluhan juta krn suatu event yang sudah fully booked di salah satu hotel berbintang selama 2 minggu, tiba-tiba harus dibatalkan oleh pihak yg kami ajak kerjasama dengan alasan yang nonsense (menurutku :p). Potensial keuntungan yang ratusan juta didepan mata, jadi menguap, malah yang ada harus bayar biaya ke hotel, klien dkk. Partnerku yg saat itu berada di luar negeri, nanggapinnya dengan calm "Belum rejeki". Suamiku jg gitu..tenang aja, walo aku udah ngomel ga karuan..sampe kepikiran,coba aku di jakarta..bakalan "ngluruk" ke kantor itu :p Beberapa minggu sblm aku ditantang suamiku untuk rugi, kejadian yang mirip terjadi lagi...H-1 tiba-tiba ada kejadian yg bukan karena kesalahan kami menyebabkan pofit berkurang signifikan (kl udah gini otak sbg istri, bukan sbg komisaris yg jalan..langsung cepet menghitung "potential" komisi yg hilang..hehehe..), saat itu walo lebih "tenang" tetep aja aku ngomel :p

Nah jadi, satu kata itu emang momok banget...Daripada rugi, mending ga usah dilakuin...itu prinsipku selama ini...till this morning..
Tadi pagi kepikiran untuk buat Promo yang kutahu pasti nanti RUGI... Jadilah aku ngejalanin PROMO itu..
Dan hasilnya......YA PASTI RUGI Lahh kl secara neraca pembukuan... :)

TAPI......... dari hal tersebut aku jadi belajar banyak hal.....
1. Aku jadi tahu efektifitas media promosiku..
2. Aku jadi tahu bbrp kelemahan di sarana utama yg kupakai berjualan skg, jadi semangat nih utk kejar tayang buat sarana lain yg lebih reliable.
3. Aku jd sadar akan kelemahan administrasi di tokoku...dan hal ini krusial utk segera dibenerin.
4. Daripada stock yang ada teronggok sampe tahunan, jd duit ga muter...kadang ada baiknya kl yang lama jd liquid dan ganti stok baru
5. Dalam kurang dr sehari, menghasilkan potential customer yang hampir sama dengan aku beriklan selama seminggu (itung-itung biaya marketing deh jadinya... :D ) --> menghibur diri :p
6. Walaupun aku rugi, tapi aku masih bisa mendatangkan rejeki bagi orang lain (Krn pegawaiku mendapat komisi dr omzet penjualan di toko...) dan itu mengingatkanku ttg tujuanku awal buka online shopku....Untuk mendapatkan pemasukan lain, yang bisa kuamalkan tanpa harus kuatir utk pemenuhan kebutuhan anak-anakku...
7. Yang terpenting..aku mengalahkan ketakutanku sendiri... Kadang kita perlu mundur satu langkah untuk bisa melompat 2 langkah ke depan... :D

Itu setidaknya 7 hal yang bisa kupetik dari kerugianku hari ini...Dan seperti orang Jawa bilang Angka 7 identik dengan "Pitulungane Gusti" semoga hari ini jd titik tolak untuk hal yang lebih baik :D
Semoga Tuhan memberkati dan menuntunku untuk merealisasikan ide-ide perbaikan yg sedang berputar-putar di kepalaku skg biar untung terussssss :D Amien :)

Makasi pap atas pancingan motivasinya.. Love you....

Dedicated to 2 gentlemen that teach me to be a RISK TAKER (in progress..hehehe)

..UN...


Membaca beberapa tautan di wall teman-teman, jadi gatel pengen menulis (selain juga karena gatal tenggorokan, ga bs tidur :p)

Beberapa hari ini ramai pembicaraan tentang UN..banyak yang menyoroti keterlambatan UNAS SMA di beberapa tempat, sehingga menuntut Pak Menteri untuk Mundur....Untuk ini aku sepakat dengan mantan kolega dulu, bapak Edwin S ;) bahwa kadang kita terlalu sibuk menyalahkan dan bertanya "Ini salah SIAPA?" daripada bertanya "APA yang salah?" sehingga bisa diperbaiki untuk ke depannya...Merasa superior ketika bisa menemukan kesalahan orang lain daripada memuji hasil baik yang telah dilakukan *sigh* At least ada perbaikan kok pada saat pelaksanaan UN yang SMP walo memang masih ada bbrp kendala..

Ada juga yang menyebarkan ulang berita duka terkait UN 3 tahun lalu dengan headline Kapitalisme UN memakan korban..Untuk yang terahkir, aku sampai googling karena ilmuku yang mungkin masih cetek jadi ga bisa ngeliat apa hubungan kapitalisme ama UN ya (ada korban yang bunuh diri karena ga lulus UN)...Menurut Wikipedia "Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya" And yet still can't see the relation :p

Beberapa tahun yang lalu aku juga pernah menulis beberapa kali di blogku (http://karila.blogspot.com) tentang pelaksanaan UNAS...
UN hendaklah diperlakukan sebagai salah satu ujian (ya iyaah namanya juga Ujian Nasional *tepok diri sendiri)... Jadi teringat salah satu artikel yang pernah ditulis si kakek Jamil Azzaini di www.JamilAzzaini.com ...yang mana sebagai manusia yang hidup dan berkembang, ujian dalam hidup juga akan datang silih berganti..tetapi bagaimana kita memilih jalan keluar saat Ujian itu datang yang akan menentukan kualitas hidup seseorang..

Ketika ada korban jiwa karena pelakanaan UN...bukan UN nya lah yang salah...tetapi ketidaksiapan individu tersebut untuk menghadapi "ujiannya" atau bisa juga karena besarnya tekanan dari orang-orang sekitarnya yang terlalu mengagungkan UN...

UN sendiri hanyalah alat untuk mengukur kemampuan diri siswa (dan juga gurunya sih :p) dan terus terang pemerintah kita juga telah berbenah diri...dulu saat pertama kali menulis tentang UNAS, saat itu UN adalah harga mutlak kelulusan...sekarang...selain UN, ada juga prosentase dari sekolah yang menentukan kelulusannya.
Tapi kalo kita terlalu fokus meyoroti sisi negatifnya, maka sisi positifnya ga akan bisa terlihat...

Terus terang bertahun-tahun yang lalu, pelaksaan UNAS sempat juga membuat motivasiku dan idealismeku sebagai pendidik sempat turun,bahkan hancur...Ketika itu sebagai guru yang masih naif hehehe... sempat schock juga ketika tahu ada salah seorang muridku yang "dibelikan" kunci jawaban oleh ortunya...Lhaaa..terus ngapain aku ngajar ngotot-ngotot kalo ternyata mereka lebih memilih "jalan keluar yang mudah" Untungnya salah seorang rekan (yang memang spesialisasi nyiapin kelas untuk UNAS ;D) sempat berkata bahwa masih banyak juga yang tidak memilih jalan yang mudah itu...dan untuk mereka-mereka yang mau berjuang dan berusaha itulah dia tetep jadi guru... and here I am ...still a teacher.. holding that thin hope and believe it... :D

UN memang penting sebagai feedback atas pendidikan secara keseluruhan (walo akan lebih baik, jika akses pendidikan terutama di daerah terpencil diperbaiki terlebih dahulu) tetapi UN bukanlah yang terpenting sehingga kehilangan nurani dan menghalalkan segala cara...
Menyitir ucapan Jamil Azzaini "Hanya para pecundang yang takut menghadapi ujian. Perlakukanlah ujian sebagai sesuatu yang biasa bukan menjadi monster yang menakutkan." Tidak lulus bukanlah berarti kiamat...Luluspun juga tidak perlu euforia yang berlebihan...semuanya hanyalah fase hidup yang harus dijalani...

Terahkir, kuingin copy paste pesan yang pernah kutulis di blog ku untuk anak-anak setahun yang lalu...
UNAS is a phase of life..your life...
It can be an obstacle..indeed...but how you react to those obstacles that count...
In the future, you will have many obstacle (I don't wish you for it but it's common things in life) and how you deal with it, how you encounter it that matter...
Will you choose the easy path??
Will you struggle for your own sake? for your own future?
Do you have enough confidence in yourself?
Do you have enough faith on the matter of right and wrong?

I wish you choose the right path, although it may not smooth and easy...
I wish you have wisdom to choose the right decision instead of the wrong one..
I wish you have courage to fight for your own future...and not let anyone provide the future for you...
I wish you the best...
I wish your success..
May God's mercy and blessing always upon you....