Mulai agustus 2009, aku mulai membuka tokoku dan seperti teman-teman lihat, dari history postinganku...semenjak itu memang aku jadi "hidden blogger" alias ga terlalu aktif seperti sebelumnya :D kalo sebelumnya aku bisa nerbitkan paling tidak 3-4 postingan dalam seminggu, setelah ada olshopku, rata-rata postingan blog ku jadi hanya 3-4 postingan dala setahun ... hahaha...
Terkadang kangen juga untuk nulis lagi dan blogwalking ke temen-temen.. tapi serasa waktu abis buat ngurus ketiga anakku, keluarga, toko, dan pekerjaanku di sekolah. Fiiuuuhh...kalo bisa memohon, kuingin 48 jam sehari hehehe...
Awal aku membuka ArilexShop, tujuan semulanya hanya biar dapat barang (saar itu pelangsing envy corset) lebih murah (secara belinya karena jadi member..syukur-syukur pas dijual bisa dapat untung :D) selain itu agar ada pemasukan lain sehingga aku bisa beramal ato bersedekah dengan lebih bebas. That's it...aku belum ada target untuk harus berapa sebulan..harus untuk berapa dan sebagainya (comfort zone sebagai pegawai yang masih nerima gaji bulanan :p)
Setahun kemudian, september 2010, aku mulai memperkejakan seorang pegawai untuk handle teknis toko, karena kondisiku yang saat itu lagi hamil anak kedua dan packingan semakin banyak sehingga sudah ga bisa kekejar lagi kalo aku pack tengah malam sampai dini hari.
Setelah ada pegawai, targetku mulai bergeser... Kalo sebelumnya aku hanya memikirkan diriku aja, sekarang aku juga harus mikirin pegawai yang kugaji. Gimana caranya biar bisa "survive" kasih gaji ke dia. Secara keuntungan jelas berkurang (banyak malahan :p) karena masih kepotong operasional untuk gaji dia, trus juga pegawaiku saat itu kurang bisa soft selling yang baik (saat ini sudah jauhhh lebih baik :D) sehingga omzet toko sempat merosot tajam :(
Pusing..Puyeng..yuuuppss itu rasanya .. sampai sekarang malahan hehehe... apaagi karena skg aku juga memperkejakan seorang kurir utk kirim barang ke ekspedisi dan rencananya mau nambah 1 orang lagi untuk nge boost penjualan brand ku :)
Tapi aku berkeyakinan kalo kita banyak memperkejakan orang, maka akan makin banyak juga orang yang akan mendoakan keberhasilan usaha kita (selama kita bisa memberikan pekerjaan yang nyaman juga untuk mereka).. Jadi walo sekarang masih berpuyeng-puyeng ria, semoga sebentar lagi bisa memetik hasilnya dan bisa memberikan penghidupan yang lebih baik untuk semua pegawe-pegaweku...Amien..Mohon bantuan doanya ya :D
Wednesday, October 2, 2013
Thursday, September 12, 2013
LIFE seems LIKE ROLLER COASTER
Once again, from another thread that I found from my online community made me desperately want to share my thought.
Alkisah pada jaman dahulu kala (meniru gaya ipin upin yang sering ditiruin Alex ama Lesha :p) ada seorang wanita hebat yang memulai perjalanan hidupnya dengan kecerdasan, kreatifitas, kerja keras dan keuletan sehingga mengantarkannya menjadi seseorang yang sukses dan berhasil memperkerjakan puluhan orang. Omzet yang semula hanya ratusan ribu rupiah melambung menjadi milliaran rupiah. Namun, setelah beberapa saat, usahanya mulai mengalami masalah, pegawainya menyusut drastis seiring dengan omzet yang merosot tajam. 8 outlet di banyak kota akhirnya gulung tikar dan hanya menyisakan sepetak outlet yang kecil. Yang biasanya menerima ratusan juta rupiah per bulan, tiba-tiba digit nol nya menggelinding dan juga masih terbebani oleh hutang.
Kalo itu terjadi pada anda, apa yang anda lakukan?
Terus terang, kalo itu aku, pasti aku udah sutris nganggur, ngomel ga karuan, bahkan mungkin ngutuk ga jelas, nangis ampe mbendul..hehehe...
Tapi yang hebatnya dari Teh Dewi, bisa bangkit dari kondisi itu, dengan omzet yang kalah jauh dari "masa keemasannya" beliau bisa menutup hutang puluhan juta rupiah. Dan yang aku sangat salut, beliau masih bisa tetep "waras" selama proses itu :D Semoga tambah sukses ya Teh Dewi, bangkit lagi menuju puncak yang lebih tinggi :)
Sepenggal kisah diatas, mengingatkanku kembali bahwa hidup bagaikan roller coaster. Ketika semuanya berasa sangat berat dan sulit, mungkin itu adalah saat-saat menuju puncak kesuksesan, seperti halnya roller coaster yang sedang menanjak menuju puncak. Pertanyaannya kemudian, apakah kita akan menyerah di tanjakan itu ato melanjutkan perjalanan? hmmmm...
Kemudian ketika semua serasa sangat mudah dan menyenangkan, mungkin adalah masa-masa harus waspada ibarat roller coaster yang sudah dipuncak dan mulai perjalanannya ke bawah.
"Ga mau ah ke bawah...mo tetep di puncak aja" itu mungkin respon yang wajar (responku aja kayak gitu hehehe :p) tapi kalo stagnan disitu maka perjalannya ga akan lanjut, ga akan tau kekuatan diri sendiri, mampu ga sampai puncak yang lebih dan lebih lagi :D
Ketika roller coaster hidup sedang meluncur tajam, idealnya berpikir untuk kembali ke puncak, tetapi sangat manusiawi (pembenaran diri sendiri benernya :p) untuk merasa takut, untuk merasa down. Ibaratnya ketika kita naik roller coaster dan sedang turun, apakah kita akan kena serangan jantung yang anfal ato siap untuk mendaki lagi..
Sikap kita ketika menikmati roller coaster hidup juga akan memberikan makna di kemudian hari. Apakah kita menikmati setiap detik prosesnya ato memilih mengejar bayangan masa depan ato bahkan menutup mata karena bayangan masa lalu dan ketakutan pribadi. Sekali lagi ibarat naik roller coaster : apakah ketika naik roller coaster, kita juga sambil menikmati setiap momennya dan juga pemandangan yang bisa terlihat dari puncak tanjakan? Ataukah terlalu sibuk memikirkan tanjakan dan turunan selanjutnya sehingga tidak melihat keindahan yang bisa dilihat dari puncak, tidak merasakan hembusan angin yang menerpa ketika terjun? Ato yang terburuk, kita menutup mata dan indera selama seluruh perjalanan itu?
Aku dan partnerku sering saling mengingatkan bagaimana dulu susahnya kami memulai usaha kami, juga masa-masa suram yang sempat bikin kami ingin membubarkan PT ini, masa-masa dimana sepertinya gali lobang tutup lobang ga henti, dan juga masa-masa puncak-puncak kecil yang berkesan seperti bisa naik pesawat pertama kali gara-gara "RUPS non resmi" pertama kali (ini aku sih mas :p), saat bisa numpang tidur di penthouse bintang 4 gratis (yang gara-gara training di Novotel Sby tuh.. :D), bisa mengajak pegawai-pegawai kami yang mungkin sebelumnya cuman bisa liat pesawat di TV akhirnya bisa terbang beneran ke SG hehehe... Puji Tuhan..
Hidup itu sendiri adalah anugerah..Jadi mari kita saling support, saling berbagi, saling mengingatkan...Ibarat naik roller coaster tentu tidak akan mengasyikkan ketika kita menjalaninya sendiri :)
Courtesy : Teh Dewi Veronica & IIDB
Alkisah pada jaman dahulu kala (meniru gaya ipin upin yang sering ditiruin Alex ama Lesha :p) ada seorang wanita hebat yang memulai perjalanan hidupnya dengan kecerdasan, kreatifitas, kerja keras dan keuletan sehingga mengantarkannya menjadi seseorang yang sukses dan berhasil memperkerjakan puluhan orang. Omzet yang semula hanya ratusan ribu rupiah melambung menjadi milliaran rupiah. Namun, setelah beberapa saat, usahanya mulai mengalami masalah, pegawainya menyusut drastis seiring dengan omzet yang merosot tajam. 8 outlet di banyak kota akhirnya gulung tikar dan hanya menyisakan sepetak outlet yang kecil. Yang biasanya menerima ratusan juta rupiah per bulan, tiba-tiba digit nol nya menggelinding dan juga masih terbebani oleh hutang.
Kalo itu terjadi pada anda, apa yang anda lakukan?
Terus terang, kalo itu aku, pasti aku udah sutris nganggur, ngomel ga karuan, bahkan mungkin ngutuk ga jelas, nangis ampe mbendul..hehehe...
Tapi yang hebatnya dari Teh Dewi, bisa bangkit dari kondisi itu, dengan omzet yang kalah jauh dari "masa keemasannya" beliau bisa menutup hutang puluhan juta rupiah. Dan yang aku sangat salut, beliau masih bisa tetep "waras" selama proses itu :D Semoga tambah sukses ya Teh Dewi, bangkit lagi menuju puncak yang lebih tinggi :)
Sepenggal kisah diatas, mengingatkanku kembali bahwa hidup bagaikan roller coaster. Ketika semuanya berasa sangat berat dan sulit, mungkin itu adalah saat-saat menuju puncak kesuksesan, seperti halnya roller coaster yang sedang menanjak menuju puncak. Pertanyaannya kemudian, apakah kita akan menyerah di tanjakan itu ato melanjutkan perjalanan? hmmmm...
Kemudian ketika semua serasa sangat mudah dan menyenangkan, mungkin adalah masa-masa harus waspada ibarat roller coaster yang sudah dipuncak dan mulai perjalanannya ke bawah.
"Ga mau ah ke bawah...mo tetep di puncak aja" itu mungkin respon yang wajar (responku aja kayak gitu hehehe :p) tapi kalo stagnan disitu maka perjalannya ga akan lanjut, ga akan tau kekuatan diri sendiri, mampu ga sampai puncak yang lebih dan lebih lagi :D
Ketika roller coaster hidup sedang meluncur tajam, idealnya berpikir untuk kembali ke puncak, tetapi sangat manusiawi (pembenaran diri sendiri benernya :p) untuk merasa takut, untuk merasa down. Ibaratnya ketika kita naik roller coaster dan sedang turun, apakah kita akan kena serangan jantung yang anfal ato siap untuk mendaki lagi..
Sikap kita ketika menikmati roller coaster hidup juga akan memberikan makna di kemudian hari. Apakah kita menikmati setiap detik prosesnya ato memilih mengejar bayangan masa depan ato bahkan menutup mata karena bayangan masa lalu dan ketakutan pribadi. Sekali lagi ibarat naik roller coaster : apakah ketika naik roller coaster, kita juga sambil menikmati setiap momennya dan juga pemandangan yang bisa terlihat dari puncak tanjakan? Ataukah terlalu sibuk memikirkan tanjakan dan turunan selanjutnya sehingga tidak melihat keindahan yang bisa dilihat dari puncak, tidak merasakan hembusan angin yang menerpa ketika terjun? Ato yang terburuk, kita menutup mata dan indera selama seluruh perjalanan itu?
Aku dan partnerku sering saling mengingatkan bagaimana dulu susahnya kami memulai usaha kami, juga masa-masa suram yang sempat bikin kami ingin membubarkan PT ini, masa-masa dimana sepertinya gali lobang tutup lobang ga henti, dan juga masa-masa puncak-puncak kecil yang berkesan seperti bisa naik pesawat pertama kali gara-gara "RUPS non resmi" pertama kali (ini aku sih mas :p), saat bisa numpang tidur di penthouse bintang 4 gratis (yang gara-gara training di Novotel Sby tuh.. :D), bisa mengajak pegawai-pegawai kami yang mungkin sebelumnya cuman bisa liat pesawat di TV akhirnya bisa terbang beneran ke SG hehehe... Puji Tuhan..
Hidup itu sendiri adalah anugerah..Jadi mari kita saling support, saling berbagi, saling mengingatkan...Ibarat naik roller coaster tentu tidak akan mengasyikkan ketika kita menjalaninya sendiri :)
Courtesy : Teh Dewi Veronica & IIDB
School vs Homeschooling vs Ga sekolah
Membaca salah satu tread di komunitas yang ku ikutin tentang seorang siswa yang sudah berhasil berwirausaha walaupun usianya masih belia. Lalu muncullah berbagai macam komen, ada yang menyuruh berhenti aja sekolahnya dan fokus di usaha, ada yang nyuruh homeschooling, ada yang berpendapat sekolah formal itu perlu.
Kalo dilihat, akhir-akhir ini fenomena homeschooling semakin banyak di masyarakat, yang sebagian besar alasannya karen kesibukan si anak yang membuatnya tidak bisa mengikuti jadwal sekolah formal atau karena orangtua kuatir dengan pergaulan di sekolah umum sehingga lebih memilih kondisi pergaulan yang "terjaga". Ada juga yang ingin lebih memaksimalkan bakat anaknya (misal di musik atau seni) sehingga beranggapan bahwa sekolah formal dengan banyaknya mapel bukanlah yang terbaik. Alasan terahkir biasanya karena anaknya memiliki kebutuhan khusus yang tidak bisa terfasilitasi oleh sekoah formal, dan memang harus diakui, di Indonesia masih minim sekali sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Akhir-akhir ini, banyak juga pendapat yang menyatakan bahwa sekolah hanya buang-buang waktu, tenaga dan uang karena toh banyak orang yang bisa sukses walau mereka tidak sekolah..banyak orang yang bisa kaya walaupun mereka dropout dari sekolah. Bahkan ada kelompok ekstrimis yang mengganggap sekolah adalah sarana pembodohan masal yang mematikan kreatifitas seseorang dan membentuk jiwa-jiwa menjadi satu streotipe, satu pola pikir yang dikontrol oleh pemerintah.
Anda termasuk yang mana? :D
Menurut aku pribadi, sekolah masih merupakan sebuah sarana yang sangat penting. Melalui sekolah, seorang anak akan belajar untuk bersosialisasi, membangun networking (jika aku/partnerku tidak sekolah (kuliah) maka mungkin tidak akan ada Phitagoras), membangun karakter, membangun pola pikir, ketekunan, dll.
Ah..semuanya itu juga bisa didapat kok tanpa ke sekolah..sosialisasi juga bisa tanpa harus disekolah..networking juga bisa walo ga sekolah.. Mungkin ada yang beranggapan begitu dan betul juga, tetapi sosialisasi seperti apa dan networking dengan "siapa" yang terus menjadi pertanyaan. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk merasa dekat dengan orang-orang yang memiliki kesamaan dengannya, sehingga sekolah yang saat ini massih sebagai wadah pembelajaran formal menjadi tempat yang bagus untuk membangun "persamaan-persamaan" pengalaman/memori/kegiatan, dll.
Pernah tidak anda alami, ketika anda bertemu dengan seseorang yang baru, kemudian setelah bercakap-cakap dan ketika mengetahui bahwa orang tersebut satu almamater (walo mungkin beda generas) ato satu kota ato kenal orang yang sama, maka anda merasa menjadi lebih "dekat" dengannya..lebih nyambung lah istilahnya. Iya ga? :)
Keteknunan, persistent dll mungkin memang bisa diperoleh tidak di sekolah tapi biasanya dikarenakan suatu kondisi ekstrim dlm hidup (seperti Dahlan Iskan dengan kemiskinannya dulu, Merry Riana dengan pecahnya reformasi) tapi sekolah juga bisa menjadi satu stimulus untuk hal hal tersebut. Dengan adanya deadine mengajarkan akan ketepatan waktu dan tanggung jawab. Selain itu dalam suasana terkontrol sperti sekolah aka mengajarkan untuk lebih patuh akan aturan (yang sejujurnya mungkin akan sulit ditetapkan di homeschooling)
Dulu, awal menjadi seorang guru, aku benar-benar idealis dan menetapkan standar unuk mapelku. Kuberusaha dan kumenuntut agar semua siswa bisa mengikuti standartku (padahal awal dulu ngajar mapel yang merupakan momok bagi banyak orang..hehehe..coba tebak apa? :P). Seiring dengan berjalannya waktu, kuingin anak-anak belajar "lebih" diluar mapelku. Score bukan lagi nilai mutlak sebagaimana aku dulu menganggapnya (eh tapi bukan berarti aku manipulasi nilai anak-anak ya..nehi nehi..amit-amit..), maksudnya jika dulu ada seorang anak failed, aku akan menuntut dia untuk mengulang kembali, they must fulfill MY standart. Semakin kesini, aku menghargai hal-hal lain selain score, seperti kegigihan seorang anak, kejujuran pekerjaannya, semangatnya untuk belajar,dll. Aku mengajar mapel yang pasti bagaikan hitam dan putih..yang mana jika anak-anak berhasil maka mereka layak dapat label pintar & cerdas, sementara yang tidak berhasil....... :) Dulu, ngerasa bangga juga karena mapelku termasuk mapel yang "ditakuti" sekaligus "didewakan" bagi siswa dan ortunya, standart kecerdasan seseorang (hehehe..GR yo :p) Sekarang, kubelajar bahwa banyak tipe kecerdasan dan semuanya adalah setara. Hal ini juga mungkin efek dari menjadi orangtua bagi anak-anakku sendiri, sedari kecil kulihat perkembangan anak-anakku bagaimana mereka bertumbuh dan memiliki kelebihan yang berbeda. Terus terang ketika kelas 1 kemarin Alex, anak pertamaku, mendapatkan award "Showing a consistent effort" itu lebih berharga daripada jika ia mendapat award "Academic Excellent Achievement" karena menandakan ajaranku dan papanya untuk persistent, terus berusaha dan tidak pernah menyerah ternyata dilakukan oleh Alex di sekolah. Kesuksesan dan kecerdasan tidaklah mutlak ditentukan oleh score nilai. It's no longer matter of "what is the score" but "how you score". yang penting bukan berapa nilainya, tapi bagaimana bisa dapat nilai itu. Terus terang aku juga miris ketika ada yang sampe bunuh diri waktu ga lulus UNAS atau ga naik kelas, itu semua karena "terlalu mengagungkan" sekolah sebagai standar kesuksesan hidup sih..
Sekolah sangat penting tetapi bukanlah mutlak menjadi satu-satunya tempat untuk belajar. Beberapa tahun terahkir ini, kubanyak belajar dari banyak orang dengan cara yang mungkin tak ada 15 tahun lalu..Ku belajar melalui sharing dengan partnerku, diskusi dengan suamiku..Ku belajar melalui twit dan blog orang lain..Ku belajar melalui banyak teman-teman di berbagai komunitas. Namun aku juga masih ingin melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi, melanjutkan S2 (semoga bisa secepatnya) dan S3 nantinya adalah suatu tantangan tersendiri :p
Yach itu sedikit pendapatku... :)
Jadi anda memutuskan untuk bersekolah, tidak sekolah ato home schooling? :)
Kalo dilihat, akhir-akhir ini fenomena homeschooling semakin banyak di masyarakat, yang sebagian besar alasannya karen kesibukan si anak yang membuatnya tidak bisa mengikuti jadwal sekolah formal atau karena orangtua kuatir dengan pergaulan di sekolah umum sehingga lebih memilih kondisi pergaulan yang "terjaga". Ada juga yang ingin lebih memaksimalkan bakat anaknya (misal di musik atau seni) sehingga beranggapan bahwa sekolah formal dengan banyaknya mapel bukanlah yang terbaik. Alasan terahkir biasanya karena anaknya memiliki kebutuhan khusus yang tidak bisa terfasilitasi oleh sekoah formal, dan memang harus diakui, di Indonesia masih minim sekali sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Akhir-akhir ini, banyak juga pendapat yang menyatakan bahwa sekolah hanya buang-buang waktu, tenaga dan uang karena toh banyak orang yang bisa sukses walau mereka tidak sekolah..banyak orang yang bisa kaya walaupun mereka dropout dari sekolah. Bahkan ada kelompok ekstrimis yang mengganggap sekolah adalah sarana pembodohan masal yang mematikan kreatifitas seseorang dan membentuk jiwa-jiwa menjadi satu streotipe, satu pola pikir yang dikontrol oleh pemerintah.
Anda termasuk yang mana? :D
Menurut aku pribadi, sekolah masih merupakan sebuah sarana yang sangat penting. Melalui sekolah, seorang anak akan belajar untuk bersosialisasi, membangun networking (jika aku/partnerku tidak sekolah (kuliah) maka mungkin tidak akan ada Phitagoras), membangun karakter, membangun pola pikir, ketekunan, dll.
Ah..semuanya itu juga bisa didapat kok tanpa ke sekolah..sosialisasi juga bisa tanpa harus disekolah..networking juga bisa walo ga sekolah.. Mungkin ada yang beranggapan begitu dan betul juga, tetapi sosialisasi seperti apa dan networking dengan "siapa" yang terus menjadi pertanyaan. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk merasa dekat dengan orang-orang yang memiliki kesamaan dengannya, sehingga sekolah yang saat ini massih sebagai wadah pembelajaran formal menjadi tempat yang bagus untuk membangun "persamaan-persamaan" pengalaman/memori/kegiatan, dll.
Pernah tidak anda alami, ketika anda bertemu dengan seseorang yang baru, kemudian setelah bercakap-cakap dan ketika mengetahui bahwa orang tersebut satu almamater (walo mungkin beda generas) ato satu kota ato kenal orang yang sama, maka anda merasa menjadi lebih "dekat" dengannya..lebih nyambung lah istilahnya. Iya ga? :)
Keteknunan, persistent dll mungkin memang bisa diperoleh tidak di sekolah tapi biasanya dikarenakan suatu kondisi ekstrim dlm hidup (seperti Dahlan Iskan dengan kemiskinannya dulu, Merry Riana dengan pecahnya reformasi) tapi sekolah juga bisa menjadi satu stimulus untuk hal hal tersebut. Dengan adanya deadine mengajarkan akan ketepatan waktu dan tanggung jawab. Selain itu dalam suasana terkontrol sperti sekolah aka mengajarkan untuk lebih patuh akan aturan (yang sejujurnya mungkin akan sulit ditetapkan di homeschooling)
Dulu, awal menjadi seorang guru, aku benar-benar idealis dan menetapkan standar unuk mapelku. Kuberusaha dan kumenuntut agar semua siswa bisa mengikuti standartku (padahal awal dulu ngajar mapel yang merupakan momok bagi banyak orang..hehehe..coba tebak apa? :P). Seiring dengan berjalannya waktu, kuingin anak-anak belajar "lebih" diluar mapelku. Score bukan lagi nilai mutlak sebagaimana aku dulu menganggapnya (eh tapi bukan berarti aku manipulasi nilai anak-anak ya..nehi nehi..amit-amit..), maksudnya jika dulu ada seorang anak failed, aku akan menuntut dia untuk mengulang kembali, they must fulfill MY standart. Semakin kesini, aku menghargai hal-hal lain selain score, seperti kegigihan seorang anak, kejujuran pekerjaannya, semangatnya untuk belajar,dll. Aku mengajar mapel yang pasti bagaikan hitam dan putih..yang mana jika anak-anak berhasil maka mereka layak dapat label pintar & cerdas, sementara yang tidak berhasil....... :) Dulu, ngerasa bangga juga karena mapelku termasuk mapel yang "ditakuti" sekaligus "didewakan" bagi siswa dan ortunya, standart kecerdasan seseorang (hehehe..GR yo :p) Sekarang, kubelajar bahwa banyak tipe kecerdasan dan semuanya adalah setara. Hal ini juga mungkin efek dari menjadi orangtua bagi anak-anakku sendiri, sedari kecil kulihat perkembangan anak-anakku bagaimana mereka bertumbuh dan memiliki kelebihan yang berbeda. Terus terang ketika kelas 1 kemarin Alex, anak pertamaku, mendapatkan award "Showing a consistent effort" itu lebih berharga daripada jika ia mendapat award "Academic Excellent Achievement" karena menandakan ajaranku dan papanya untuk persistent, terus berusaha dan tidak pernah menyerah ternyata dilakukan oleh Alex di sekolah. Kesuksesan dan kecerdasan tidaklah mutlak ditentukan oleh score nilai. It's no longer matter of "what is the score" but "how you score". yang penting bukan berapa nilainya, tapi bagaimana bisa dapat nilai itu. Terus terang aku juga miris ketika ada yang sampe bunuh diri waktu ga lulus UNAS atau ga naik kelas, itu semua karena "terlalu mengagungkan" sekolah sebagai standar kesuksesan hidup sih..
Sekolah sangat penting tetapi bukanlah mutlak menjadi satu-satunya tempat untuk belajar. Beberapa tahun terahkir ini, kubanyak belajar dari banyak orang dengan cara yang mungkin tak ada 15 tahun lalu..Ku belajar melalui sharing dengan partnerku, diskusi dengan suamiku..Ku belajar melalui twit dan blog orang lain..Ku belajar melalui banyak teman-teman di berbagai komunitas. Namun aku juga masih ingin melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi, melanjutkan S2 (semoga bisa secepatnya) dan S3 nantinya adalah suatu tantangan tersendiri :p
Yach itu sedikit pendapatku... :)
Jadi anda memutuskan untuk bersekolah, tidak sekolah ato home schooling? :)
Wednesday, June 26, 2013
"Mama Berani Ga Buat Rugi?? "
Itu salah satu
tantangan dari suamiku yang dilontarkan di salah satu diskusi kami (sesi
curhat benernya karena omzet tokoku menurun tajam mulai awal taon ini
x_x)
Dan responku saat itu "Lha..kalo bisa ga rugi ngapain berharap dan berusaha buat rugi.." itu yang terucap..yang ga terucap, jd dalam hati aja "Lha gendheng tha..papa iki piye sih..." hehehe piss pap :D *Although you're seems to be crazy sometimes, but I love you deeply..and loves those crazy ideas of yours xoxo)
Trus stlh itu kita masih diskusi (a.k.a debat halus...) yang intinya (stlh kurenungkan pas udah tenang...) Kalo kita ga berani ambil resiko maka akan stagnan, ga akan ada gebrakan yang bikin maju suatu usaha. Kalo kita ga berani mengalami the worst scenarionya, maka kita akan selalu dibayangi oleh ketakutan yang mungkin akan menghadang.
Hmmm..jadi intropeksi diri...selama ini aku memang bukan tipe Risk Taker, partner bisnisku di usaha konsultan kami sering menyebutku sebagai REM-nya. Jadi kl beliaunya sangat visioner bagaikan PEDAL GAS, aku lebih seperti REM (gara-gara mw play safe itu td :p). Walaupun ucapan itu diucapkan dengan maksud memuji, tapi jd tersindir skg mas..hehehe... Bertahun-tahun yg lalu mungkin aku malah sangat parah, pertimbangan utk hire karyawan pertama kami butuh diskusi (a.k.a debat) panjang...hihihi..ingat ga mas? Puji Tuhan, sekarang duet Partnerku dan Suamiku jadi seperti GAS dan KOPLING..yang saling memacu dan mengarahkan untuk kinerja yang lebih baik...Rem nya mulai blong nih :p
Anyway, suamiku sepertinya tahu my worst nightmare dlm berbisnis adalah R-U-G-I.. Kuakui aku sangat buruk dlm menghandling satu kata itu. Tahun lalu, kami sempat rugi puluhan juta krn suatu event yang sudah fully booked di salah satu hotel berbintang selama 2 minggu, tiba-tiba harus dibatalkan oleh pihak yg kami ajak kerjasama dengan alasan yang nonsense (menurutku :p). Potensial keuntungan yang ratusan juta didepan mata, jadi menguap, malah yang ada harus bayar biaya ke hotel, klien dkk. Partnerku yg saat itu berada di luar negeri, nanggapinnya dengan calm "Belum rejeki". Suamiku jg gitu..tenang aja, walo aku udah ngomel ga karuan..sampe kepikiran,coba aku di jakarta..bakalan "ngluruk" ke kantor itu :p Beberapa minggu sblm aku ditantang suamiku untuk rugi, kejadian yang mirip terjadi lagi...H-1 tiba-tiba ada kejadian yg bukan karena kesalahan kami menyebabkan pofit berkurang signifikan (kl udah gini otak sbg istri, bukan sbg komisaris yg jalan..langsung cepet menghitung "potential" komisi yg hilang..hehehe..), saat itu walo lebih "tenang" tetep aja aku ngomel :p
Nah jadi, satu kata itu emang momok banget...Daripada rugi, mending ga usah dilakuin...itu prinsipku selama ini...till this morning..
Tadi pagi kepikiran untuk buat Promo yang kutahu pasti nanti RUGI... Jadilah aku ngejalanin PROMO itu..
Dan hasilnya......YA PASTI RUGI Lahh kl secara neraca pembukuan... :)
TAPI......... dari hal tersebut aku jadi belajar banyak hal.....
1. Aku jadi tahu efektifitas media promosiku..
2. Aku jadi tahu bbrp kelemahan di sarana utama yg kupakai berjualan skg, jadi semangat nih utk kejar tayang buat sarana lain yg lebih reliable.
3. Aku jd sadar akan kelemahan administrasi di tokoku...dan hal ini krusial utk segera dibenerin.
4. Daripada stock yang ada teronggok sampe tahunan, jd duit ga muter...kadang ada baiknya kl yang lama jd liquid dan ganti stok baru
5. Dalam kurang dr sehari, menghasilkan potential customer yang hampir sama dengan aku beriklan selama seminggu (itung-itung biaya marketing deh jadinya... :D ) --> menghibur diri :p
6. Walaupun aku rugi, tapi aku masih bisa mendatangkan rejeki bagi orang lain (Krn pegawaiku mendapat komisi dr omzet penjualan di toko...) dan itu mengingatkanku ttg tujuanku awal buka online shopku....Untuk mendapatkan pemasukan lain, yang bisa kuamalkan tanpa harus kuatir utk pemenuhan kebutuhan anak-anakku...
7. Yang terpenting..aku mengalahkan ketakutanku sendiri... Kadang kita perlu mundur satu langkah untuk bisa melompat 2 langkah ke depan... :D
Itu setidaknya 7 hal yang bisa kupetik dari kerugianku hari ini...Dan seperti orang Jawa bilang Angka 7 identik dengan "Pitulungane Gusti" semoga hari ini jd titik tolak untuk hal yang lebih baik :D
Semoga Tuhan memberkati dan menuntunku untuk merealisasikan ide-ide perbaikan yg sedang berputar-putar di kepalaku skg biar untung terussssss :D Amien :)
Makasi pap atas pancingan motivasinya.. Love you....
Dedicated to 2 gentlemen that teach me to be a RISK TAKER (in progress..hehehe)
Dan responku saat itu "Lha..kalo bisa ga rugi ngapain berharap dan berusaha buat rugi.." itu yang terucap..yang ga terucap, jd dalam hati aja "Lha gendheng tha..papa iki piye sih..." hehehe piss pap :D *Although you're seems to be crazy sometimes, but I love you deeply..and loves those crazy ideas of yours xoxo)
Trus stlh itu kita masih diskusi (a.k.a debat halus...) yang intinya (stlh kurenungkan pas udah tenang...) Kalo kita ga berani ambil resiko maka akan stagnan, ga akan ada gebrakan yang bikin maju suatu usaha. Kalo kita ga berani mengalami the worst scenarionya, maka kita akan selalu dibayangi oleh ketakutan yang mungkin akan menghadang.
Hmmm..jadi intropeksi diri...selama ini aku memang bukan tipe Risk Taker, partner bisnisku di usaha konsultan kami sering menyebutku sebagai REM-nya. Jadi kl beliaunya sangat visioner bagaikan PEDAL GAS, aku lebih seperti REM (gara-gara mw play safe itu td :p). Walaupun ucapan itu diucapkan dengan maksud memuji, tapi jd tersindir skg mas..hehehe... Bertahun-tahun yg lalu mungkin aku malah sangat parah, pertimbangan utk hire karyawan pertama kami butuh diskusi (a.k.a debat) panjang...hihihi..ingat ga mas? Puji Tuhan, sekarang duet Partnerku dan Suamiku jadi seperti GAS dan KOPLING..yang saling memacu dan mengarahkan untuk kinerja yang lebih baik...Rem nya mulai blong nih :p
Anyway, suamiku sepertinya tahu my worst nightmare dlm berbisnis adalah R-U-G-I.. Kuakui aku sangat buruk dlm menghandling satu kata itu. Tahun lalu, kami sempat rugi puluhan juta krn suatu event yang sudah fully booked di salah satu hotel berbintang selama 2 minggu, tiba-tiba harus dibatalkan oleh pihak yg kami ajak kerjasama dengan alasan yang nonsense (menurutku :p). Potensial keuntungan yang ratusan juta didepan mata, jadi menguap, malah yang ada harus bayar biaya ke hotel, klien dkk. Partnerku yg saat itu berada di luar negeri, nanggapinnya dengan calm "Belum rejeki". Suamiku jg gitu..tenang aja, walo aku udah ngomel ga karuan..sampe kepikiran,coba aku di jakarta..bakalan "ngluruk" ke kantor itu :p Beberapa minggu sblm aku ditantang suamiku untuk rugi, kejadian yang mirip terjadi lagi...H-1 tiba-tiba ada kejadian yg bukan karena kesalahan kami menyebabkan pofit berkurang signifikan (kl udah gini otak sbg istri, bukan sbg komisaris yg jalan..langsung cepet menghitung "potential" komisi yg hilang..hehehe..), saat itu walo lebih "tenang" tetep aja aku ngomel :p
Nah jadi, satu kata itu emang momok banget...Daripada rugi, mending ga usah dilakuin...itu prinsipku selama ini...till this morning..
Tadi pagi kepikiran untuk buat Promo yang kutahu pasti nanti RUGI... Jadilah aku ngejalanin PROMO itu..
Dan hasilnya......YA PASTI RUGI Lahh kl secara neraca pembukuan... :)
TAPI......... dari hal tersebut aku jadi belajar banyak hal.....
1. Aku jadi tahu efektifitas media promosiku..
2. Aku jadi tahu bbrp kelemahan di sarana utama yg kupakai berjualan skg, jadi semangat nih utk kejar tayang buat sarana lain yg lebih reliable.
3. Aku jd sadar akan kelemahan administrasi di tokoku...dan hal ini krusial utk segera dibenerin.
4. Daripada stock yang ada teronggok sampe tahunan, jd duit ga muter...kadang ada baiknya kl yang lama jd liquid dan ganti stok baru
5. Dalam kurang dr sehari, menghasilkan potential customer yang hampir sama dengan aku beriklan selama seminggu (itung-itung biaya marketing deh jadinya... :D ) --> menghibur diri :p
6. Walaupun aku rugi, tapi aku masih bisa mendatangkan rejeki bagi orang lain (Krn pegawaiku mendapat komisi dr omzet penjualan di toko...) dan itu mengingatkanku ttg tujuanku awal buka online shopku....Untuk mendapatkan pemasukan lain, yang bisa kuamalkan tanpa harus kuatir utk pemenuhan kebutuhan anak-anakku...
7. Yang terpenting..aku mengalahkan ketakutanku sendiri... Kadang kita perlu mundur satu langkah untuk bisa melompat 2 langkah ke depan... :D
Itu setidaknya 7 hal yang bisa kupetik dari kerugianku hari ini...Dan seperti orang Jawa bilang Angka 7 identik dengan "Pitulungane Gusti" semoga hari ini jd titik tolak untuk hal yang lebih baik :D
Semoga Tuhan memberkati dan menuntunku untuk merealisasikan ide-ide perbaikan yg sedang berputar-putar di kepalaku skg biar untung terussssss :D Amien :)
Makasi pap atas pancingan motivasinya.. Love you....
Dedicated to 2 gentlemen that teach me to be a RISK TAKER (in progress..hehehe)
Labels:
business,
my stories,
ngedumel
..UN...
Membaca beberapa tautan di wall teman-teman, jadi gatel pengen menulis (selain juga karena gatal tenggorokan, ga bs tidur :p)
Beberapa hari ini ramai pembicaraan tentang UN..banyak yang menyoroti keterlambatan UNAS SMA di beberapa tempat, sehingga menuntut Pak Menteri untuk Mundur....Untuk ini aku sepakat dengan mantan kolega dulu, bapak Edwin S ;) bahwa kadang kita terlalu sibuk menyalahkan dan bertanya "Ini salah SIAPA?" daripada bertanya "APA yang salah?" sehingga bisa diperbaiki untuk ke depannya...Merasa superior ketika bisa menemukan kesalahan orang lain daripada memuji hasil baik yang telah dilakukan *sigh* At least ada perbaikan kok pada saat pelaksanaan UN yang SMP walo memang masih ada bbrp kendala..
Ada juga yang menyebarkan ulang berita duka terkait UN 3 tahun lalu dengan headline Kapitalisme UN memakan korban..Untuk yang terahkir, aku sampai googling karena ilmuku yang mungkin masih cetek jadi ga bisa ngeliat apa hubungan kapitalisme ama UN ya (ada korban yang bunuh diri karena ga lulus UN)...Menurut Wikipedia "Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya" And yet still can't see the relation :p
Beberapa tahun yang lalu aku juga pernah menulis beberapa kali di blogku (http://karila.blogspot.com) tentang pelaksanaan UNAS...
UN hendaklah diperlakukan sebagai salah satu ujian (ya iyaah namanya juga Ujian Nasional *tepok diri sendiri)... Jadi teringat salah satu artikel yang pernah ditulis si kakek Jamil Azzaini di www.JamilAzzaini.com ...yang mana sebagai manusia yang hidup dan berkembang, ujian dalam hidup juga akan datang silih berganti..tetapi bagaimana kita memilih jalan keluar saat Ujian itu datang yang akan menentukan kualitas hidup seseorang..
Ketika ada korban jiwa karena pelakanaan UN...bukan UN nya lah yang salah...tetapi ketidaksiapan individu tersebut untuk menghadapi "ujiannya" atau bisa juga karena besarnya tekanan dari orang-orang sekitarnya yang terlalu mengagungkan UN...
UN sendiri hanyalah alat untuk mengukur kemampuan diri siswa (dan juga gurunya sih :p) dan terus terang pemerintah kita juga telah berbenah diri...dulu saat pertama kali menulis tentang UNAS, saat itu UN adalah harga mutlak kelulusan...sekarang...selain UN, ada juga prosentase dari sekolah yang menentukan kelulusannya.
Tapi kalo kita terlalu fokus meyoroti sisi negatifnya, maka sisi positifnya ga akan bisa terlihat...
Terus terang bertahun-tahun yang lalu, pelaksaan UNAS sempat juga membuat motivasiku dan idealismeku sebagai pendidik sempat turun,bahkan hancur...Ketika itu sebagai guru yang masih naif hehehe... sempat schock juga ketika tahu ada salah seorang muridku yang "dibelikan" kunci jawaban oleh ortunya...Lhaaa..terus ngapain aku ngajar ngotot-ngotot kalo ternyata mereka lebih memilih "jalan keluar yang mudah" Untungnya salah seorang rekan (yang memang spesialisasi nyiapin kelas untuk UNAS ;D) sempat berkata bahwa masih banyak juga yang tidak memilih jalan yang mudah itu...dan untuk mereka-mereka yang mau berjuang dan berusaha itulah dia tetep jadi guru... and here I am ...still a teacher.. holding that thin hope and believe it... :D
UN memang penting sebagai feedback atas pendidikan secara keseluruhan (walo akan lebih baik, jika akses pendidikan terutama di daerah terpencil diperbaiki terlebih dahulu) tetapi UN bukanlah yang terpenting sehingga kehilangan nurani dan menghalalkan segala cara...
Menyitir ucapan Jamil Azzaini "Hanya para pecundang yang takut menghadapi ujian. Perlakukanlah ujian sebagai sesuatu yang biasa bukan menjadi monster yang menakutkan." Tidak lulus bukanlah berarti kiamat...Luluspun juga tidak perlu euforia yang berlebihan...semuanya hanyalah fase hidup yang harus dijalani...
Terahkir, kuingin copy paste pesan yang pernah kutulis di blog ku untuk anak-anak setahun yang lalu...
UNAS is a phase of life..your life...
It can be an obstacle..indeed...but how you react to those obstacles that count...
In the future, you will have many obstacle (I don't wish you for it but it's common things in life) and how you deal with it, how you encounter it that matter...
Will you choose the easy path??
Will you struggle for your own sake? for your own future?
Do you have enough confidence in yourself?
Do you have enough faith on the matter of right and wrong?
I wish you choose the right path, although it may not smooth and easy...
I wish you have wisdom to choose the right decision instead of the wrong one..
I wish you have courage to fight for your own future...and not let anyone provide the future for you...
I wish you the best...
I wish your success..
May God's mercy and blessing always upon you....
Tuesday, February 5, 2013
INVESTASI hanya untuk orang kaya?? Think Again !!
Gara-gara sesak napas kumat semalam, jadi hari ini libur ngantor (abis ngantri dokter aja ampe setengah hari x_x) nah pas balik rumah, daripada di kasur nganggur dan tiduran mikir yang aneh-aneh, ga jelas (apa hayo..:p)..hehehe..jadi mulai googling tentang beberapa investasi keuangan...
Pertama, setelah terdampar di bbrp situs, ahkirnya nemu blog nya mba fanny yang akhirnya keterusan ke blog nya ini, simbok venus dan finally ke blog nya si pakar Mas Aidil Akbar...Hari ini jadi berasa belajar banyak banget...terutama tentang REKSADANA
Dulu ketika PGD awal berdiri, aku dan mantan partnerku sempat invest sedikit di Reksadana, tapi trus setelah itu ga sempat keurusin lagi, dan sempat mikir ROR nya rendah bgt.. TERNYATA...ya emang karena pas itu ga tau ilmunya kali ya jadi ga maksimal..
Dari beberapa blog diatas, terutama dari mas Aidil Akbar, jadi banyak belajar untuk pemilihan investasi. Dan selama ini di mindset orang-orang, investasi hanya untuk orang-orang yang sudah mapan keuangannya, orang-orang kaya dengan keuangan yang melimpah...PADAHAL...itu ga sepenuhnya benar. Semua orang bisa berinvestasi, memang kadar dan tipenya juga disesuaikan dengan profil pribadi kita (risk taker or not) dan juga kondisi keuangan kita.
Biasanya orang akan membuat list pengeluaran bulanannya seperti ini :
1. Biaya kehidupan keluarga bulanan..trus kalo ada sisa, maka untuk
2. Bayar cicilan kartu kredit/mobil/rumah, dll (itupun kadang cuman minimal payment aja..)...kalo masih belum koma keuangannya maka buat
3. Sedekah/Infaq/Perpuluhan/Kolekte..itupun kadang seingatnya...hehehe...
4. Kalo masih ada sisa nyoba di tabung
5. Kalo di tabungan masih ada sisa, baru biasanya untuk investasi...
Hayo ngaku siapa yang kalo anggaran keuangan masih kayak gini?? hehehe...aku dulu juga gitu..kadang belum nyampe ke nomor 4, gaji dan uang udah sekarat deh..*blushing*
Semenjak seminar dengan mas Gozali (Zelts consulting), perlahan mind set mulai diubah.. walo kadang massih susah juga sih..hehehe..*pengakuan*.. Ubah mind set nya jadi seperti ini, begitu terima gaji, maka
1. Untuk perpuluhan/kolekte/sedekah... Sebagai ucapan syukur ke Tuhan kalo masih diberi rejeki..tul ga?
2. Untuk bayar hutang entah itu cicilan kartu kredit/motor/rumah...karena punya utang banyak-banyak itu sangat ga enak :p (Herannya ada juga orang yang ngutang, tapi ga berasa punya hutang..bertahun-tahun sama sekali ga dibayar *sigh* ditagih juga ngeles terus..) anyway setelah itu
3. Untuk tabungan dan juga investasi... Benernya daripada uang diam ngendon puluhan juta (kalo yang punya puluhan juta..hehehe..) di rekening bank, mending uang itu diputar untuk investasi. Kata Ippho segala yang bergerak itu lebih baik daripada yang diam..jadi uang juga gitu...Cukuplah uang di tabungan untuk kondisi emergency, yang kalo bisa cover 3-6 bulan biaya rata-rata pengeluaran bulanan..
4, Baru setelah itu pos untuk kehidupan sehari-hari...kenapa kok ditempatin terahkir??? Karena ini adalah pos yang bisa kita tekan seminim mungkin benernya, tapi kenyataannya sering membengkak sebengkak-bengkaknya...bener ga? Karena kebutuhan hidup terutama lifestyle sering kali menjadi pos paling boros..
Nah, dari beberapa investasi pribadi, aku tertarik untuk beli Reksadana, terutama setelah baca note nya Pak Ciputra pagi ini. Dan ternyatanya lagi, untuk invest di Reksadana benernya ga butuh uang banyak..semuanya bisa menyesuaikan dengan kondisi keuangan kita. Rata-rata paling murah bisa mulai dari Rp 100.000 aja !! Produk ini bisa dibeli di beberapa Manager Investasi ataupun di bank kustodian (tapi kalo di bank agak besar minimal investmentnya..) ato bisa lewat Commonwealth Bank yang terkenal sebagai Bank Serba Ada untuk Reksadana.
Dan tipe -tipe reksadana yang kita beli nantinya bisa juga disesuaikan dengan tipe pribadi kita (apakah suka high risk ato ga kuat jantungan kayak aku :p) dan juga tujuan investasi itu (apakah jangka panjang ato menengah ato jangka pendek). Ada 4 macam tipe reksadana yaitu :
Reksadana Pasar Uang (resiko rendah, cocok utk jangka pendek sekitar 1thn), Reksadana Pendapatan Tetap (resiko menengah disarankan untuk 1-3thn), Reksadana Campuran (resiko menengah tinggi, disarankan utk 3-5thn), Reksadana Saham (resiko tinggi, high return, Disarankan untuk investasi jangka panjang diatas 5 tahun, bahkan diatas 10tahun)
Intinya, yuks kita mulai menata keuangan kita, agar kerja keras kita bisa dinikmati juga oleh anak-anak kita di masa depan nanti dan tidak hanya dimasa ini...Investasi Sedini mungkin adalah salah satu caranya. Dan untuk pindah kuadran (kalo berdasarkan cashflow quadrantnya Kiyosaki)menjadi kuadran Investor (I) ternyata bisa dimulai dengan langkah kecil dan mudah :)
Semoga tulisan yang dibuat di tengah-tengah sesak napas ini bisa berguna..xixixi..thank you for reading it :D
Pertama, setelah terdampar di bbrp situs, ahkirnya nemu blog nya mba fanny yang akhirnya keterusan ke blog nya ini, simbok venus dan finally ke blog nya si pakar Mas Aidil Akbar...Hari ini jadi berasa belajar banyak banget...terutama tentang REKSADANA
Dulu ketika PGD awal berdiri, aku dan mantan partnerku sempat invest sedikit di Reksadana, tapi trus setelah itu ga sempat keurusin lagi, dan sempat mikir ROR nya rendah bgt.. TERNYATA...ya emang karena pas itu ga tau ilmunya kali ya jadi ga maksimal..
Dari beberapa blog diatas, terutama dari mas Aidil Akbar, jadi banyak belajar untuk pemilihan investasi. Dan selama ini di mindset orang-orang, investasi hanya untuk orang-orang yang sudah mapan keuangannya, orang-orang kaya dengan keuangan yang melimpah...PADAHAL...itu ga sepenuhnya benar. Semua orang bisa berinvestasi, memang kadar dan tipenya juga disesuaikan dengan profil pribadi kita (risk taker or not) dan juga kondisi keuangan kita.
Biasanya orang akan membuat list pengeluaran bulanannya seperti ini :
1. Biaya kehidupan keluarga bulanan..trus kalo ada sisa, maka untuk
2. Bayar cicilan kartu kredit/mobil/rumah, dll (itupun kadang cuman minimal payment aja..)...kalo masih belum koma keuangannya maka buat
3. Sedekah/Infaq/Perpuluhan/Kolekte..itupun kadang seingatnya...hehehe...
4. Kalo masih ada sisa nyoba di tabung
5. Kalo di tabungan masih ada sisa, baru biasanya untuk investasi...
Hayo ngaku siapa yang kalo anggaran keuangan masih kayak gini?? hehehe...aku dulu juga gitu..kadang belum nyampe ke nomor 4, gaji dan uang udah sekarat deh..*blushing*
Semenjak seminar dengan mas Gozali (Zelts consulting), perlahan mind set mulai diubah.. walo kadang massih susah juga sih..hehehe..*pengakuan*.. Ubah mind set nya jadi seperti ini, begitu terima gaji, maka
1. Untuk perpuluhan/kolekte/sedekah... Sebagai ucapan syukur ke Tuhan kalo masih diberi rejeki..tul ga?
2. Untuk bayar hutang entah itu cicilan kartu kredit/motor/rumah...karena punya utang banyak-banyak itu sangat ga enak :p (Herannya ada juga orang yang ngutang, tapi ga berasa punya hutang..bertahun-tahun sama sekali ga dibayar *sigh* ditagih juga ngeles terus..) anyway setelah itu
3. Untuk tabungan dan juga investasi... Benernya daripada uang diam ngendon puluhan juta (kalo yang punya puluhan juta..hehehe..) di rekening bank, mending uang itu diputar untuk investasi. Kata Ippho segala yang bergerak itu lebih baik daripada yang diam..jadi uang juga gitu...Cukuplah uang di tabungan untuk kondisi emergency, yang kalo bisa cover 3-6 bulan biaya rata-rata pengeluaran bulanan..
4, Baru setelah itu pos untuk kehidupan sehari-hari...kenapa kok ditempatin terahkir??? Karena ini adalah pos yang bisa kita tekan seminim mungkin benernya, tapi kenyataannya sering membengkak sebengkak-bengkaknya...bener ga? Karena kebutuhan hidup terutama lifestyle sering kali menjadi pos paling boros..
Nah, dari beberapa investasi pribadi, aku tertarik untuk beli Reksadana, terutama setelah baca note nya Pak Ciputra pagi ini. Dan ternyatanya lagi, untuk invest di Reksadana benernya ga butuh uang banyak..semuanya bisa menyesuaikan dengan kondisi keuangan kita. Rata-rata paling murah bisa mulai dari Rp 100.000 aja !! Produk ini bisa dibeli di beberapa Manager Investasi ataupun di bank kustodian (tapi kalo di bank agak besar minimal investmentnya..) ato bisa lewat Commonwealth Bank yang terkenal sebagai Bank Serba Ada untuk Reksadana.
Dan tipe -tipe reksadana yang kita beli nantinya bisa juga disesuaikan dengan tipe pribadi kita (apakah suka high risk ato ga kuat jantungan kayak aku :p) dan juga tujuan investasi itu (apakah jangka panjang ato menengah ato jangka pendek). Ada 4 macam tipe reksadana yaitu :
Reksadana Pasar Uang (resiko rendah, cocok utk jangka pendek sekitar 1thn), Reksadana Pendapatan Tetap (resiko menengah disarankan untuk 1-3thn), Reksadana Campuran (resiko menengah tinggi, disarankan utk 3-5thn), Reksadana Saham (resiko tinggi, high return, Disarankan untuk investasi jangka panjang diatas 5 tahun, bahkan diatas 10tahun)
Intinya, yuks kita mulai menata keuangan kita, agar kerja keras kita bisa dinikmati juga oleh anak-anak kita di masa depan nanti dan tidak hanya dimasa ini...Investasi Sedini mungkin adalah salah satu caranya. Dan untuk pindah kuadran (kalo berdasarkan cashflow quadrantnya Kiyosaki)menjadi kuadran Investor (I) ternyata bisa dimulai dengan langkah kecil dan mudah :)
Semoga tulisan yang dibuat di tengah-tengah sesak napas ini bisa berguna..xixixi..thank you for reading it :D
Subscribe to:
Posts (Atom)