Kemarin sambil nunggu proses akreditasi, aku sempat baca buku dengan title di atas, karangan Bapak Julianto Simanjuntak dan Ibu Wita Ndraha, dan dari buku itu ada satu quote yang menjadi ide pembuatan buku itu, yaitu..
“TIDAK ADA ANAK YANG SULIT….YANG ADA HANYA ORANGTUA/GURU YANG KESULITAN MENDIDIK ANAK”
Sebagai guru, aku seringkali mendengar ucapan seperti ini :
“Duh..anak saya udah ga bisa dibilangin..ngelawan terus..kurang ajar..bla..bla..bla..”
“Duh, anak itu ga pernah mo belajar…”
Itu jika anaknya mulai remaja…
Untuk temen-teman yang punya anak yang masih balita kadang tercetus..
“Anakku rewel terus..Anakku manja..dsb”
Menurut buku ini sebenarnya tidak ada anak yang sulit, tidak ada anak yang terlahir kurang ajar, rewel, manja, dsb…tetapi orangtua dan lingkungan (include teachers) yang membentuk seorang anak…
Ada suatu kejadian yang dialami oleh Bu Wita dengan anaknya yang bungsu “Duh..napa sih manja banget anak itu..” Lalu suaminya menimpali “Tidak ada anak yang manja..yang ada, hanyalah ibu yang memanjakan anak..”
Dari situ, aku tersadar bahwa seandainya ada suatu “masalah” atau ada yang “salah” dengan seorang anak, berarti hendaknya orangtua yang intropeksi diri dulu, sebelum judgment seorang anak…
Kalo seorang anak selalu aja ga bisa bangun pagi, alhasil terlambat ke sekolah…maka liat dulu jam berapa si anak berangkat tidur..kalo terlalu malam, maka hal inilah yang harus diubah..bukan si anak yang dimarahin karena ga bisa bangun pagi…
Kalo seorang anak tidak mau belajar karena ternyata kecanduan PSP..maka ada baeknya PSP diambil dulu..menerapakan kapan waktu untuk belajar dan kapan untuk bermain..
Kalo seorang balita susah makan (ini kasus anakku lagi nih..hehehe..) cek dulu apa mungkin karena dia udah kekenyangan karena susu…yang artinya porsi susunya harus dikurangin, agar dia mau makan.
Kalo seorang anak inginnya dilayanin melulu…maka intropeksi apakah ortu yang membiasakan hal itu terjadi.. Kalo seorang balita inginnya digendong terus, mungkin karena dibiasakan sedikit-sedikit digendong.
Sedikit pengalaman pribadi dari aku…
Dulu ketika aku baru melahirkan, karena situasi saat itu papanya Alex di Surabaya sementara aku di Malang..lalu mamaku sudah meninggal, sementara mama mertua tinggal di kota lain..Aku bener2 harus merawat Alex sendiri. Nenekku sudah terlalu sepuh untuk merawat bayi, papaku baru keluar dari rumah sakit karena serangan jantung, sementara adik2ku harus kuliah,dsb (2,5 bulan pertama belum ada baby sitternya Alex)…Jadi…ayahku menyarankan agar Alex jangan dibiasain digendong..harus dibiasain tahu bedanya siang dan malam…
Yach waktu itu, namanya anak pertama, bawaannya pengen ngegendong mulu..tapi aku tahan diri..selama alex tidak nangis histeris, biasanya dia tetap di tempat tidurnya, sambil kutepuk-tepuk doang (kecuali saat nyusu/jemur pagi sih..)…Nah, dari situ kebiasaan itu memang terbawa kale ya ampe sekarang..Alex paling ogah kalo digendong, kecuali kalo dia lagi ngerasa sakit banget atau cuapek banget…(hehehe..padahal skg mamanya pengen banget ngegendong, anaknya yang ga mau :p)
Apa tindakanku itu benar?
Nggak tau juga sih :p Aku masih belajar untuk menjadi ortu…
Tapi kalo yang kuamati..sisi positifnya dari hal sepele itu adalah anakku lebih mandiri..terbiasa sendiri kali ya..
Hanya saja sisi negatifnya mungkin Alex merasa insecure, sehingga kadang kalo bertemu orang baru/di tempat baru..dia akan menarik diri…(ini yang lagi dipupuk terus ama aku en suami, agar Alex merasa secure..aman..)
Lalu ketika ada baby sitternya, Alex di disiplinkan untuk waktu tidur dan makannya (walo ga sedisiplin sepupuku, Ayako yang orang Jepang..) alhasil sekarang dia dah tau sendiri kalo pulang sekolah waktunya bobok..jam 9 malem waktunya bobok, dsb (walo untuk maem masih mood2an :p harus diselimurin dulu..hehehe..)
Lalu contoh dari teman sebaya itu juga sangat besar pengaruhnya..jangankan untuk anak yang remaja…untuk anak batita seperti Alex saja, hal itu terjadi…Nah,kalo dah gini hanya ortu yang bisa membanu anak untuk tau yang baek dan tidak
Misalnya suatu hari, dia melihat ada temennya yang merengek minta sesuatu sampe nangis kenceng2…besoknya dia akan minta dengan cara yang sama. Jadi biasanya sebelum kejadian Alex niru, kalo pas kejadian itu terjadi di depanku, aku langsung tanya Alex”Lex, napa si X nangis?” en “Kalo teriak2 kayak gitu jelek ya Lex..khan dah besar..”. Nah dari situ biasanya dia tau kalo kejadian seperti itu tidak baek untuk dilakuin Atau pas liat temennya ngelemparin kucing, dia akan ikut2an..Biasanya dia akan langsung dipanggil ama papanya en ditanyain “kalo Alex dilempar batu, sakit nggak..?” “Nah, kalo kucingnya dilempar batu, khan sakit..khan kasian..” (suamiku biasanya suka simulasi langsung sih..aku ingat dulu pas Alex masih belum ada setahun..untuk ngenalin konsep panas dan bahayanya kompor…ama suamiku tangannya bener2 dideketin ke kompor..hehehe..en aku cuman bisa melongo sangking kagetnya..:p)
Sampai sekarang, aku ngerasa masih banyak aja yang belum kuketahui untuk jadi orang tua…Aku masih harus banyak belajar..baek sebagai orang tua maupun sebagai guru…
Seringkali aku ga tau apa yang kudu dilakuin, jadi kalo temen2 ada masukan/ide buat mendidik anak..please share ya…
Saturday, July 25, 2009
Wednesday, July 15, 2009
FASILITAS KESEHATAN MENJADI KOMIDITI BISNIS
Padahal baru dua hari yang lalu aku membuat postingan tentang Kekayaan…
Ternyata sore harinya aku menelan pil pahit, bahwa masyarakat sekarang sangat materialistik…termasuk di dalam bidang yang menyangkut nyawa seseorang seperti pada fasilitas kesehatan
Aku akan bercerita sekilas tentang apa yang kualami pada tanggal 14 Juli 2009.
Sore hari setelah aku posting tentang Kekayaan itu, aku pulang ke rumah dan ternyata sakit radang tenggorakan yang diderita anakku belum sembuh, sehingga badannya panas.
Lalu Alex, anakku tersayang terkena step karena panasnya yang tinggi…Di tengah kekalutan, aku, suami dan pengasuh anakku langsung membawa anakku ke sebuah RS yang dekat dengan lokasi rumah kami, katakanlah RS X (Benernya aku pengen sih tulis nama RSU-nya biar bisa jadi masukan buat mereka…Tapi aku ga mau jadi Ibu Prita kedua..Masyarakat kita belum bisa menerima kritik secara terbuka *sigh*)
Singkat kata, kami sampai di UGD Rumah Sakit itu dengan kondisi anakku yang tertidur setelah kejangnya…
Bukannya langsung menangani anakku…mereka minta aku untuk daftar dulu (OMG!!! It’s about life and death and they still care about administration stuff..)
Aku langsung ke front desk untuk daftar (suamiku masih berusaha cari parkir mobil) dan anakku digendong oleh pengasuhnya.
Di Front desk aku masih harus antri, karena ada keluarga pasien lain yang juga sedang mengisi formulirnya. Dalam pikiranku, aku agak tenang saat itu, karena kupikir paling tidak anakku sudah ditangani para tenaga medis…
Betapa kagetnya aku, ketika kembali dari front desk (karena suamiku sudah datang dan menggantikanku untuk mendaftar)….ANAKKU MASIH TETAP DIGENDONGAN PENGASUHNYA TANPA ADA TINDAKAN YANG DIAMBIL KECUALI SEBATANG TERMOMETER RAKSA YANG NEMPEL DI KETIAKNYA!!!!
Aku langsung marahi pengasuh anakku..kenapa tidak dibawa ke para tenaga medis…
Dan dia menjawab bahwa tadi dia sudah minta pertolongan dan mengatakan bahwa anakku baru saja step, tapi salah satu tenaga medis disana berkata
“Iya, Sabar..ini masih antri..Tunggu saja disitu!!!”
Hatiku langsung mencelos…apakah seperti ini memang fasilitas di Rumah Sakit Umum….
Sekitar 1,5 tahun yang lalu, Alex sempat juga step dan kubawa ke salah satu Rumah Sakit Internasional(sebut saja RS Y), disana pelayanannya jauh lebih baik…Pada saat itu, ketika aku dan anakku datang, tim dokter langsung sigap mengambil anakku dari gendongan dan diberikan pertolongan pertama secepatnya..tanpa aku harus mengikuti prosedur yang berbelit…Baru setelah anakku melewati masa observasinya dan dinyatakan aman, aku dipanggil untuk melakukan pendaftaran, pembayaran, dll.
Jadi betapa kagetnya aku ketika anakku tidak langsung mendapat pelayanan dan observasi, walau hal itu urgent…
Baru setelah suamiku datang dengan map formulir,dsb..mereka baru mengambilkan tempat tidur untuk anakku….
Dan ketika baru saja menidurkan anakku di ranjang, Alex mengalami serangan kejang yang kedua…DAN TETAP MEREKA TENANG-TENANG SAJA…(yach, ini mungkin subyektif, aku akui..karena aku sedang panik..)
Aku ingat aku sampai harus berteriak “Pak, tolong donk..anak saya kejang lagi..Arrgghh..”
Eee..aku malah ditegur “Ibu jangan gitu..nanti anaknya tambah parah..”
DOENGGG…aku sampe speechless… Lha kalo gitu napa anakku ga langsung ditangani…
Setelah kejang yang kedua itu, anakku diberi masker oksigen..dan suamiku diminta untuk nebus resep di apotik….
Dan karena ini pengalaman kedua, aku sampe membandingkan dengan pelayanan dan pengobatan yang aku terima di RS Y..seingatku, dulu anakku langsung dikasi obat anti kejang dan obat penurun panas lewat dubur…Ketika aku minta hal itu ke mereka…mereka bilang bahwa obatnya akan dimasukkan lewat infuse anakku
BARU SETELAH SUAMIKU DATANG DENGAN OBAT2AN DAN INFUS, anakku baru dikasi infus… *sigh*
Bayangkan jika keluarga yang tidak mampu dan tidak bisa langsung nebus obat…Bisa-bisa penangannya terlambat *sigh again*
Dalam hati aku sudah ga sreg aja..aku pengen pindah Rumah Sakit..tapi takut nanti malah riskan dengan kondisi anakku yang belum stabil….
Tapi aku masih sangat beruntung dibandingkan salah satu pasien yang aku lihat ketika aku ke Lab untuk tes darah anakku (BTW, ini pertama kalinya aku lihat ada sample darah yang cuman ditaroh di toples kecil gitu aja tanpa ditutupin…Lha ya..apa steril tho yo???)
Pasien yang aku lihat itu sudah sepuh (tua) dan entah sakit apa…Dia teriak2 kesakitan dengan mulut membuka dan tangan kejang menghadap ke atas…Saat itu aku pikir, “Lho ini pasien ngapain ditaroh di depan pintu…” Jadi nenek itu ada diatas ranjang dan terletak di pintu masuk…
Ketika aku sampai di UGD dan cerita ke pengasuh anakku..dia nimpali “O,iya, bu…tadi ada disini..trus karena teriak..semua orang pada ngeliat trus ahkirnya dikeluarin…” trus pengasuhnya Alex nambahin, tadi ada salah satu paramedis Tanya ke temannya “Lho..napa orang itu?” dan temannya bilang “Sudah biarin..itu masih ngurus askes-nya..JPS” Memang kalo dilihat fisiknya, terlihat dari kalangan tidak mampu…
DUUUGGHH..aku semakin trenyuh….paramedis yang mestinya adalah profesi mulia karena menyangkut nyawa seseorang…ternyata ada beberapa oknum (aku ga bilang semua seperti itu..dan semoga memang tidak..) yang menolong orang dengan pilih-pilih berdasarkan status ekonomi pasien itu….
Aku jadi serasa menjilat ludah sendiri tentang postinganku tentang kekayaan…
Ternyata kekayaan itu bisa berdampak juga terhadap nyawa anda…
Ketika anda miskin nyawa anda akan terkesan semakin tidak berharga…
Kalo anda kaya, maka bisa “membeli” fasilitas terbaik yang dapat menyelamatkan nyawa anda…
Reality bites….Reality bites… *sigh*
Aku hanya dapat berdoa dan berharap..semoga masih ada yang mengemban tugas mulia sebagai tenaga medis dengan integritas tinggi…dengan kebahagiaan utama untuk membantu menyelamatkan nyawa…Semoga..Semoga.. *sigh*
Dan semoga pemerintah baru yang terbentuk melalui pemilu ini, dapat memastikan bahwa seluruh rakyat akan dapat menerima fasilitas kesehatan yang terbaik..tak peduli bagaimanapun kondisi ekonominya…Amien…
Melalui tulisan ini, aku tidak bermaksud menyinggung siapapun…tapi semoga bisa menjadi refleksi bagi semuanya..bisa menjadi masukan…bisa menjadi cerminan realitas yang ada…
Ternyata sore harinya aku menelan pil pahit, bahwa masyarakat sekarang sangat materialistik…termasuk di dalam bidang yang menyangkut nyawa seseorang seperti pada fasilitas kesehatan
Aku akan bercerita sekilas tentang apa yang kualami pada tanggal 14 Juli 2009.
Sore hari setelah aku posting tentang Kekayaan itu, aku pulang ke rumah dan ternyata sakit radang tenggorakan yang diderita anakku belum sembuh, sehingga badannya panas.
Lalu Alex, anakku tersayang terkena step karena panasnya yang tinggi…Di tengah kekalutan, aku, suami dan pengasuh anakku langsung membawa anakku ke sebuah RS yang dekat dengan lokasi rumah kami, katakanlah RS X (Benernya aku pengen sih tulis nama RSU-nya biar bisa jadi masukan buat mereka…Tapi aku ga mau jadi Ibu Prita kedua..Masyarakat kita belum bisa menerima kritik secara terbuka *sigh*)
Singkat kata, kami sampai di UGD Rumah Sakit itu dengan kondisi anakku yang tertidur setelah kejangnya…
Bukannya langsung menangani anakku…mereka minta aku untuk daftar dulu (OMG!!! It’s about life and death and they still care about administration stuff..)
Aku langsung ke front desk untuk daftar (suamiku masih berusaha cari parkir mobil) dan anakku digendong oleh pengasuhnya.
Di Front desk aku masih harus antri, karena ada keluarga pasien lain yang juga sedang mengisi formulirnya. Dalam pikiranku, aku agak tenang saat itu, karena kupikir paling tidak anakku sudah ditangani para tenaga medis…
Betapa kagetnya aku, ketika kembali dari front desk (karena suamiku sudah datang dan menggantikanku untuk mendaftar)….ANAKKU MASIH TETAP DIGENDONGAN PENGASUHNYA TANPA ADA TINDAKAN YANG DIAMBIL KECUALI SEBATANG TERMOMETER RAKSA YANG NEMPEL DI KETIAKNYA!!!!
Aku langsung marahi pengasuh anakku..kenapa tidak dibawa ke para tenaga medis…
Dan dia menjawab bahwa tadi dia sudah minta pertolongan dan mengatakan bahwa anakku baru saja step, tapi salah satu tenaga medis disana berkata
“Iya, Sabar..ini masih antri..Tunggu saja disitu!!!”
Hatiku langsung mencelos…apakah seperti ini memang fasilitas di Rumah Sakit Umum….
Sekitar 1,5 tahun yang lalu, Alex sempat juga step dan kubawa ke salah satu Rumah Sakit Internasional(sebut saja RS Y), disana pelayanannya jauh lebih baik…Pada saat itu, ketika aku dan anakku datang, tim dokter langsung sigap mengambil anakku dari gendongan dan diberikan pertolongan pertama secepatnya..tanpa aku harus mengikuti prosedur yang berbelit…Baru setelah anakku melewati masa observasinya dan dinyatakan aman, aku dipanggil untuk melakukan pendaftaran, pembayaran, dll.
Jadi betapa kagetnya aku ketika anakku tidak langsung mendapat pelayanan dan observasi, walau hal itu urgent…
Baru setelah suamiku datang dengan map formulir,dsb..mereka baru mengambilkan tempat tidur untuk anakku….
Dan ketika baru saja menidurkan anakku di ranjang, Alex mengalami serangan kejang yang kedua…DAN TETAP MEREKA TENANG-TENANG SAJA…(yach, ini mungkin subyektif, aku akui..karena aku sedang panik..)
Aku ingat aku sampai harus berteriak “Pak, tolong donk..anak saya kejang lagi..Arrgghh..”
Eee..aku malah ditegur “Ibu jangan gitu..nanti anaknya tambah parah..”
DOENGGG…aku sampe speechless… Lha kalo gitu napa anakku ga langsung ditangani…
Setelah kejang yang kedua itu, anakku diberi masker oksigen..dan suamiku diminta untuk nebus resep di apotik….
Dan karena ini pengalaman kedua, aku sampe membandingkan dengan pelayanan dan pengobatan yang aku terima di RS Y..seingatku, dulu anakku langsung dikasi obat anti kejang dan obat penurun panas lewat dubur…Ketika aku minta hal itu ke mereka…mereka bilang bahwa obatnya akan dimasukkan lewat infuse anakku
BARU SETELAH SUAMIKU DATANG DENGAN OBAT2AN DAN INFUS, anakku baru dikasi infus… *sigh*
Bayangkan jika keluarga yang tidak mampu dan tidak bisa langsung nebus obat…Bisa-bisa penangannya terlambat *sigh again*
Dalam hati aku sudah ga sreg aja..aku pengen pindah Rumah Sakit..tapi takut nanti malah riskan dengan kondisi anakku yang belum stabil….
Tapi aku masih sangat beruntung dibandingkan salah satu pasien yang aku lihat ketika aku ke Lab untuk tes darah anakku (BTW, ini pertama kalinya aku lihat ada sample darah yang cuman ditaroh di toples kecil gitu aja tanpa ditutupin…Lha ya..apa steril tho yo???)
Pasien yang aku lihat itu sudah sepuh (tua) dan entah sakit apa…Dia teriak2 kesakitan dengan mulut membuka dan tangan kejang menghadap ke atas…Saat itu aku pikir, “Lho ini pasien ngapain ditaroh di depan pintu…” Jadi nenek itu ada diatas ranjang dan terletak di pintu masuk…
Ketika aku sampai di UGD dan cerita ke pengasuh anakku..dia nimpali “O,iya, bu…tadi ada disini..trus karena teriak..semua orang pada ngeliat trus ahkirnya dikeluarin…” trus pengasuhnya Alex nambahin, tadi ada salah satu paramedis Tanya ke temannya “Lho..napa orang itu?” dan temannya bilang “Sudah biarin..itu masih ngurus askes-nya..JPS” Memang kalo dilihat fisiknya, terlihat dari kalangan tidak mampu…
DUUUGGHH..aku semakin trenyuh….paramedis yang mestinya adalah profesi mulia karena menyangkut nyawa seseorang…ternyata ada beberapa oknum (aku ga bilang semua seperti itu..dan semoga memang tidak..) yang menolong orang dengan pilih-pilih berdasarkan status ekonomi pasien itu….
Aku jadi serasa menjilat ludah sendiri tentang postinganku tentang kekayaan…
Ternyata kekayaan itu bisa berdampak juga terhadap nyawa anda…
Ketika anda miskin nyawa anda akan terkesan semakin tidak berharga…
Kalo anda kaya, maka bisa “membeli” fasilitas terbaik yang dapat menyelamatkan nyawa anda…
Reality bites….Reality bites… *sigh*
Aku hanya dapat berdoa dan berharap..semoga masih ada yang mengemban tugas mulia sebagai tenaga medis dengan integritas tinggi…dengan kebahagiaan utama untuk membantu menyelamatkan nyawa…Semoga..Semoga.. *sigh*
Dan semoga pemerintah baru yang terbentuk melalui pemilu ini, dapat memastikan bahwa seluruh rakyat akan dapat menerima fasilitas kesehatan yang terbaik..tak peduli bagaimanapun kondisi ekonominya…Amien…
Melalui tulisan ini, aku tidak bermaksud menyinggung siapapun…tapi semoga bisa menjadi refleksi bagi semuanya..bisa menjadi masukan…bisa menjadi cerminan realitas yang ada…
Labels:
ALEX,
fam,
my stories,
ngedumel
Monday, July 13, 2009
KEKAYAAN....Seberapa pentingnya???
Ada sesuatu yang menggelitik pikiranku semenjak 3 minggu yang lalu, ketika aku sedang berbincang-bincang dengan partnerku...
Yach, tetapi karena banyaknya tugas yang harus dilakukan, jadi baru sempat menuliskannya sekarang :p
Apakah kekayaan itu sebegitu berharganya???
Partnerku sempat mengatakan...dengan kaya maka akan banyak amalan yang bisa kita lakukan...akan semakin banyak pahala yang akan di dapat...
Aku sempat ga setuju..Karena aku pikir orang miskin juga bisa ngerasa sejahtera..kalo dia berpikiran bahwa dia ga miskin...
EEEE..pada saat itu aku malah diketawain :(
"Coba, Rila tanya ke orang miskin...mana ada yang ngerasa bahagia dan sejahtera..." Malah diketawain aku...
Hal ini mengingatkanku akan suatu paradigm yang kami dapat di salah satu bisnis MLM
"You can not help the poor if you are poor.... And you can not feed the hunger if you are hungry.."
Well....some parts of that is true...But I disagree with that....
Aku ambil contoh Ibu Teresa, bukan berarti dalam keadaaannya yang sederhana, dia tidak dapat membantu orang lain dan memberi makan orang lain...Tul ga?
Kalo aku melihatnya lebih ke pola pikir orang itu...Apakah dia merasa dirinya cukup "kaya" atau tidak....
Untuk membantu orang lain, yang lebih penting niatan dan komitmennya...money do help but it's not the issue..Uang bukan segalanya...
Seseorang dengan monthly income katakanlah 10 juta, bisa merasa dia sudah sangat kaya...atau sebaliknya mungkin masih ada aja yang ngerasa ga cukup en merasa miskin...Semua itu terkait juga dengan gaya hidupnya, dengan pengeluarannya...
Itu khan berarti balik lagi ke pola pikir seseorang..apakah dia sudah mensyukuri apa yang dia punya atau tidak...
Dan apakah kekayaan dapat membeli kebahagiaan???
Aku banyak melihat kasus nyata, bahwa terkadang malah menimbulkan masalah di sisi yang lain...bagaikan pedang bermata dua...
Jadi, rasanya yang bisa kukatakan hanyalah
SYUKURILAH APAPUN YANG KAU PUNYAI...
DENGAN MENSYUKURINYA, MAKA KITA AKAN MENJADI KAYA DALAM PIKIRAN
SETUJUKAH ANDA????
Yach, tetapi karena banyaknya tugas yang harus dilakukan, jadi baru sempat menuliskannya sekarang :p
Apakah kekayaan itu sebegitu berharganya???
Partnerku sempat mengatakan...dengan kaya maka akan banyak amalan yang bisa kita lakukan...akan semakin banyak pahala yang akan di dapat...
Aku sempat ga setuju..Karena aku pikir orang miskin juga bisa ngerasa sejahtera..kalo dia berpikiran bahwa dia ga miskin...
EEEE..pada saat itu aku malah diketawain :(
"Coba, Rila tanya ke orang miskin...mana ada yang ngerasa bahagia dan sejahtera..." Malah diketawain aku...
Hal ini mengingatkanku akan suatu paradigm yang kami dapat di salah satu bisnis MLM
"You can not help the poor if you are poor.... And you can not feed the hunger if you are hungry.."
Well....some parts of that is true...But I disagree with that....
Aku ambil contoh Ibu Teresa, bukan berarti dalam keadaaannya yang sederhana, dia tidak dapat membantu orang lain dan memberi makan orang lain...Tul ga?
Kalo aku melihatnya lebih ke pola pikir orang itu...Apakah dia merasa dirinya cukup "kaya" atau tidak....
Untuk membantu orang lain, yang lebih penting niatan dan komitmennya...money do help but it's not the issue..Uang bukan segalanya...
Seseorang dengan monthly income katakanlah 10 juta, bisa merasa dia sudah sangat kaya...atau sebaliknya mungkin masih ada aja yang ngerasa ga cukup en merasa miskin...Semua itu terkait juga dengan gaya hidupnya, dengan pengeluarannya...
Itu khan berarti balik lagi ke pola pikir seseorang..apakah dia sudah mensyukuri apa yang dia punya atau tidak...
Dan apakah kekayaan dapat membeli kebahagiaan???
Aku banyak melihat kasus nyata, bahwa terkadang malah menimbulkan masalah di sisi yang lain...bagaikan pedang bermata dua...
Jadi, rasanya yang bisa kukatakan hanyalah
SYUKURILAH APAPUN YANG KAU PUNYAI...
DENGAN MENSYUKURINYA, MAKA KITA AKAN MENJADI KAYA DALAM PIKIRAN
SETUJUKAH ANDA????
Labels:
kontemplasi diri,
my stories
Subscribe to:
Posts (Atom)